Lindungi Generasi Dari Gizi Buruk
![]() |
Lindungi Generasi Dari Gizi Buruk (dok. www.barometerjatim.com) |
“Saya
ingin agar Negara kita bisa berkompetisi dengan Negara-negara lain. Modalnya
apa? Modalnya adalah sumber daya manusia. Modalnya ya anak-anak kita ini, baik
yang masih dalam kandungan maupun anak-anak yang masih sekolah. Mereka adalah
calon generasi unggulan, untuk itu kita harus menjaga anak-anak kita. Tolong
diingat, tambahan gizi untuk anak-anak kita sangat penting, baik yang belum
lahir (masih di dalam kandungan), maupun yang masih anak-anak, bukan untuk
sekarang, tapi untuk yang akan datang, untuk 10 tahun atau 20 tahun ke depan,
agar kita menjadi bangsa unggulan.” tegas Presiden Joko Widodo saat menghadiri
kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada
9 Januari 2017 lalu.
Sampai
dengan saat ini berulang kali Presiden (pemerintah) menyatakan bahwa masalah gizi
buruk harus dituntaskan. Karena hal ini sangat berpengaruh terhadap masa depan
bangsa. Asupan gizi buruk akan mempengaruhi daya saing bangsa ke depannya,
tentunya akan berpengaruh juga pada penghasilan dirinya sendiri. Artinya masalah
kesehatan sangat berdampak pada ekonomi.
Hari
Gizi Nasional tahun 2018 kembali mengangkat tema Stunting sebagai perhatian pemerintah terhadap (masih ) tingginya
angka Stunting di Indonesia. WHO
mencatat 7,8 juta balita di Indonesia mengalami stunting dari total keseluruhan balita 23 juta atau sekitar 35,6
persen dengan 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori
pendek. Sementara WHO menetapkan batas toleransi stunting suatu negara adalah 20 persen.
Dr.
Damayanti Rusli S, SpAK, Phd, anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik PP
IDAI menyatakan, faktor utama tingginya jumlah stunting di Indonesia adalah asupan gizi buruk pada 1000 hari masa
kehidupan. Terhitung dari dalam kandungan, baru lahir, sampai anak berusia dua
tahun. Apabila tidak diberikan gizi yang baik padanya, maka masa depannya akan
suram.
Prof.
Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN, Deputi Gizi Masyarakat, IPB menegaskan bahwa orang
tua harus paham betul kebutuhan nutrisi anak, mana makanan yang baik mana yang
tidak baik. Jangan terpengaruh dengan gaya hidup yang praktis seperti sekarang
ini. Banyak makanan instan dengan iklan yang berlebihan ditawarkan untuk
makanan si anak. Pengetahuan orang tua terkait gizi si anak harus terus
ditingkatkan.
Lagi-lagi
masyarakat harus cerdas dalam memilah makanan yang dikonsumsi berdasarkan
referensi iklan yang beredar. Baca lagi labelnya, pelajari betul manfaatnya
bagi tubuh sesuai tidak dengan kebutuhan, apalagi kalau itu diberikan pada
anak.
“1000
hari pertama kehidupan bayi harus diberikan gizi baik, apabila tidak, maka
kerusakan pada otaknya akan permanen.” tegas Damayanti.
Saya
merangkum ada 4 akibat gizi buruk yang akan dialami oleh anak yaitu :
Kurus,
Pendek, Gemuk.
Malnutrisi
dapat menyebabkan anak kurus dan pendek. Sementara kelebihan gizi membuat anak
menjadi gemuk (obesitas).
Kematian.
Gizi
buruk tentunya akan berdampak pada kematian.
Kurangnya
Kecerdasan.
Karena
nutrisinya kurang, maka perkembangan otak pun menjadi terhambat. Otak tidak
bisa berkembang karena gizi buruk. Banyak anak gizi buruk IQ nya dibawah 90.
Berpikirnya menjadi lama dan memiliki
kecerdasan mental yang kurang.
Ekonomi
Rendah.
Gizi
buruk berdampak panjang untuk masa depannya. Perkembangan otak yang tidak
sempurna membuat dia kalah bersaing sehingga mengakibatkan sulit mencari
pekerjaan dan berpenghasilan layak. Rata-rata mereka akan memiliki tingkat
ekonomi yang rendah. Seperti yang sudah disampaikan Presiden di atas, masalah
kesehatan sangat berpengaruh pada ekonomi bangsa.
![]() |
Bijak Memilih Makanan (dok. promkes.depkes) |
Baik
Dodik maupun Damayanti mengingatkan kepada masyarakat untuk terus dan terus
menjaga nutrisi (gizi) yang baik untuk anak-anak kita. Banyak sarana yang bisa
memberikan informasi terkait gizi pada anak. Jangan sungkan untuk datang ke
tenaga kesehatan terdekat agar dapat segera ditangani apabila ada masalah gizi
buruk.
Damayanti
juga menuturkan, hal yang sederhana untuk gizi anak adalah pemberian ASI
ekslusif padanya hingga 6 bulan, setelah 6 bulan maka tidak cukup hanya dengan
ASI aja, harus diberi makanan pendamping ASI (MPASI). Lalu bagaimana kalau
ASInya tidak keluar? Saat ini banyak Bank ASI atau Ibu susuan. Jangan hal itu
dijadikan alasan. Yang lebih salah kaprah lagi, Balita diberikan susu kental
manis (SKM) sebagai pengganti susu. Kandungan di dalam SKM tidak sama dengan
susu. Gulanya sangat tinggi.
Minuman
SKM sering dijadikan minuman susu dan diberikan kepada anak-anak dengan alasan
harganya murah. Ketidaktahuan masyarakat tentang gizi yang terkandung di
dalamnya, menyebabkan konsumsi SKM sebagai minuman susu tinggi. Mereka beralasan
juga karena iklan SKM yang menampilkan setiap hari minum segelas SKM agar
sehat.
Maka
dari itu, lagi-lagi saya mengajak teman-teman yang membaca artikel saya ini
untuk lebih aware lagi terhadap
kesehatan diri sendiri dan keluarga. Sebagai calon ibu, saya sering sharing dengan saudara dan sahabat saya
mengenai gizi yang diberikan pada anak-anak. Bahkan ketika saya mendapatkan
informasi yang baru terkait gizi anak, saya langsung berikan ke mereka, karena
anak-anak mereka adalah anak-anak saya juga. Sama halnya dengan anak-anak di
Indonesia adalah anak-anak saya juga. Untuk itu seperti memiliki kewajiban dan
tanggungjawab, setiap saya pergi ke daerah, saya selalu mengajak ngobrol para
ibu mengenai gizi anak dan juga kesehatannya. Karena saya ingat bahwa Ibu saya
dulu selalu memberikan gizi yang baik untuk saya.
Gizi
yang baik untuk anak-anak kita adalah investasi emas masa depannya yang
berpengaruh pada masa depan bangsa. Tentunya sebagai orang tua gak mau dong
anak-anaknya susah di masa mendatang. Sesulit apapun keadaan kita (sebagai
orang tua) harus tetap berjuang untuk mereka karena Tuhan telah memberikan
anugerah terindah dalam hidup tanpa lepas tangan untuk memeliharanya.
--
Sumber data-data :
http://www.depkes.go.id/article/print/17011100001/jaga-generasi-dengan-gizi-yang-baik.html
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/01/24/p30s85396-who-78-juta-balita-di-indonesia-penderita-stunting
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180125110614-255-271456/4-ancaman-bahaya-yang-dialami-balita-dengan-gizi-buruk
Komentar
perawatan tubuh terbaru