Kampung Jahit Maharrani Menjahit Asa Perempuan di Kota Padang
Kalau mendengar kota Padang disebut yang terlintas dalam benak saya adalah kelezatan kuliner dan keunikan budayanya yang menarik. Saya selalu memasukkan kota Padang ke daftar tujuan destinasi wisata domestik meskipun hingga saat ini, keinginan untuk berkunjung ke Padang belum terlaksana juga. Selain kuliner, wisata alam dan budaya, Sumatera Barat juga memiliki ciri khas kerajinan tangan yang sayang untuk tidak dibawa pulang. Namun, semua potensi tersebut belum lepas dari tantangan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat sekitar terutama mereka yang tinggal di pinggiran kota seperti di Simpang Koto Tingga.
Faktor utamanya adalah kurang terampilnya masyarakat untuk bersaing di tengah ketatnya pasar tenaga kerja. Tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Di tengah kepasrahan masyarakat di sana, hadir seorang perempuan yang memberikan cahaya di tengah kegelapan. Ia bernama Elsa Maharrani yang tak ingin masyarakat di daerah asalnya semakin pasrah dengan mencari penghasilan seadanya. Elsa Maharrani mendirikan kampung jahit. Bersama suaminya, Fajri Gufran Zainal, ia membangun usaha fashion yang sekaligus merangkul para perempuan di kampung tempat tinggalnya.
Keresahan Membangkitkan Semangat Untuk Maju
Keresahan Elsa Maharrani atau lebih akrab dipanggil Uni Eca terhadap kampung tercintanya di Simpang Koto Tingga, Kelurahan Ambacang, Kecamatan Kuranji, Padang, Sumatera Barat mendorong ia untuk berbuat sesuatu. Melihat mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai kuli bangunan, petani, ART, dan pemecah batu kali, Elsa mulai mencari jalan lain.
Elsa dan suami telah memulai usaha fashion tahun 2016 dengan menjualkan produk milik orang lain secara online. Sejak usahanya mulai berjalan, ia terpikir untuk memiliki brand fashion sendiri. Kenapa tidak mencoba untuk produksi sendiri saja?
Niatnya yang kuat itu mengantarkan Elsa menciptakan brand sendiri bernama Maharrani Hijab pada pertengahan 2019. Harapannya, dengan brand tersebut dapat menciptakan produk asli Padang yang akan merajai pasar sehingga tidak perlu lagi membeli produk luar.
Sejak itu Elsa dan suami tergerak untuk merangkul para perempuan di sekitar rumahnya untuk turun membantu memproduksi hijab. Melihat potensi masyarakat yang rata-rata memiliki kemampuan dasar menjahit, Kampung Jahit lahir sebagai wadah pemberdayaan perempuan.
Kampung Jahit : Tetap Berpenghasilan Tanpa Meninggalkan Kewajiban di Rumah
Sasaran utama Elsa adalah membuat para ibu rumah tangga di sekitarnya lebih berdaya dengan membantunya menjahit. Konsep Kampung Jahit memang tercipta untuk mereka para perempuan ibu rumah tangga dengan menerapkan sistem bekerja dari rumah. Sehingga para ibu rumah tangga yang membantunya tetap memiliki penghasilan tanpa perlu meninggalkan kewajibannya di rumah.
Para penjahit akan dibekali kain yang sudah dipotong-potong untuk kemudian dibawa pulang agar dijahit di rumah masing-masing. Upahnya dihitung dari per hasil jahitan. Semakin banyak jahitan yang selesai, semakin banyak pula upah yang akan diterima. Tentunya tetap menjaga kualitas produk hasil jahitannya harusnya baik. Maka para penjahit ini lokasi rumahnya berdekatan sehingga bisa saling membantu jika ada kesulitan atau kendala. Oleh karena itu disebut Kampung Jahit karena lokasinya berdekatan satu sama lain.
Ketika ibu rumah tangga di sekitarnya lebih berdaya maka akan membantu ekonomi keluarga yang lama kelamaan juga akan membantu pergerakan ekonomi daerah menjadi lebih baik.
Tantangan Bukan Penghalang Elsa Untuk Terus Menjahit Asa Perempuan
Dimana ada usaha di situ ada peluang yang lengkap dengan tantangannya. Elsa pun mengalami tantangan yang tidak mudah. Tantangan terbesar baginya adalah menyatukan timnya yang berbeda latar belakang. Kesenjangan pendidikan serta kualitas sumber daya manusia mempengaruhi pola pikir yang tidak mudah disamakan. Elsa selalu memotivasi mereka dengan prinsip kebersamaan dan gotong royong.
Tantangan lainnya adalah keterbatasan peralatan dan bahan di kota Padang. Sehingga dirinya harus berbelanja di luar kota Padang yang membutuhkan waktu cukup lama karena pengiriman jauh. Begitu pula dengan pengiriman ke konsumen yang berada di luar kota Padang juga memerlukan waktu cukup lama.
Tak mudah menyerah, Elsa terus berusaha menyatukan pemikiran masyarakat yang berbeda tersebut di bawah satu komando yaitu dirinya. Usaha Elsa membuahkan hasil yaitu terbukti semakin banyak para penjahit yang bergabung di Kampung Jahit.
Kerja Keras Elsa Mendapat Apresiasi dari SATU Indonesia Award tahun 2020
Kampung Jahit Maharrani yang berada di pinggiran kota Padang membuahkan hasil mengesankan. Kerja keras Elsa dalam menjahit asa perempuan di sekitarnya layak diapresiasi. Kegigihannya dalam membangun jejaring kemitraan yang kuat, kini usahanya mampu merangkul masyarakat lebih berdaya. Berkat Kampung Jahit yang didirikannya, ekonomi masyarakat menjadi lebih baik lagi.
Elsa mendapatkan penghargaan dari SATU Indonesia Awards tahun 2020 bidang kewirausahaan sebagai bukti kerja kerasnya memang mendatangkan manfaat bagi banyak orang. Dirinya sempat tidak percaya karena usahanya baru berdiri dan belum berupa brand besar. Setelah mendapat penghargaan dari SATU Indonesia Awards itu, brandnya mendapat sorotan luar biasa dari media dan masyarakat. Brandnya lebih dikenal banyak orang. Hal ini menambah semangat baginya untuk terus berinovasi agar semakin berkembang dan berdaya saing. Hadiah yang ia terima dari SATU Indonesia Awards dipergunakan untuk membangun workshop.
Elsa Maharrani Penjahit Asa Perempuan
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” – HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni
Kalimat dalam Hadist tersebut menjadi pegangan kuat Elsa dalam menjalani usahanya. Mimpinya memiliki brand fashion sendiri telah tercapai yang sekaligus membuka jalan bagi para penjahit perempuan di lingkungannya. Tujuan utamanya jelas yaitu menggerakan perekonomian masyarakat di kampungnya menjadi lebih baik dan berkembang lagi.
Sebanyak 80% dari tim Kampung Jahit Maharrani merupakan perempuan. Teman disabilitas pun mendapat tempat yang sama. Prinsipnya adalah memberikan manfaat bagi orang lain. Hal itu terus memotivasi Elsa untuk melakukan pemberdayaan. Selain itu, agar usahanya tetap berjalan dengan baik, dirinya terus melakukan inovasi, belajar dan berjejaring.
Maharrani Hijab sudah melebarkan sayap di dunia internasional. Brandnya kini telah dikenal di Malaysia. Tidak berhenti di situ saja, penjualannya kini hingga ke Singapura, Hongkong, Taiwan dan Qatar. Maharrani Hijab juga memiliki puluhan reseller yang tersebar di seluruh Indonesia.
Prinsipnya untuk menjadi manusia yang bermanfaat layak menjadi motivasi kita semua sebagai generasi penerus bangsa. Sekecil apapun hal baik itu jika dilakukan dengan benar maka akan bermanfaat bukan saja untuk diri sendiri tapi juga orang lain. Jadi kenapa harus ragu untuk memulai hal baik?
Komentar
Posting Komentar