Kak Eklin Pendongeng Kreatif Pembawa Pesan Perdamaian di Maluku
Waktu kita kecil dulu sering dibacakan cerita sebelum tidur alias didongengin oleh orang tua, betul tidak? Saya masih ingat waktu itu cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia diceritakan kepada saya sebagai pengantar tidur. Saya hafal tokoh-tokoh cerita legenda yang telah lahir secara turun temurun ini karena hampir setiap hari diceritakan. Sebut saja dongeng Si Kancil Nyolong Timun atau Timun Mas Dikejar Raksasa Jahat.
Dongeng atau sering disebut cerita rakyat adalah cerita tradisional yang biasanya diceritakan dari generasi ke generasi. Meskipun banyak dongeng populer di kalangan anak-anak sebagai cerita pengantar tidur, dongeng sebenarnya memiliki peran yang jauh lebih mendalam dalam kebudayaan dan sejarah manusia.
Dongeng adalah cerita pendek yang seringkali melibatkan unsur magis atau supranatural, seperti peri, raksasa, hewan yang dapat berbicara atau pahlawan yang melawan kekuatan jahat. Dongeng biasanya tidak terikat oleh ruang dan waktu, sehingga tidak ada latar belakang sejarah yang spesifik. Namun, banyak dari mereka mencerminkan nilai-nilai moral dan budaya yang diyakini oleh masyarakat saat cerita tersebut diciptakan.
Dongeng Lebih Dari Sekadar Cerita Pengantar Tidur
Kekuatan cerita dari dongeng yang tidak ada batas ruang dan waktu memiliki banyak manfaat. Dongeng menawarkan Pelajaran yang timeless dan mampu menghubungkan kita dengan warisan budaya serta nilai-nilai kemanusiaan. Dongeng membantu kita melihat dunia melalui kacamata yang berbeda. Memberi pemahaman dan menawarkan rasa keajaiban yang sering hilang dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa fungsi dari dongeng yang dapat dijadikan bekal pendidikan sedari kecil diantaranya :
1. Pendidikan Moral
Banyak dongeng yang mengajarkan pelajaran moral kepada anak-anak, seperti pentingnya kejujuran, keberanian, dan kebaikan hati. Contoh klasik adalah cerita "Pinokio," yang menyoroti pentingnya berkata jujur.
2. Membangun Imajinasi
Melalui dunia yang penuh keajaiban, dongeng membantu anak-anak mengembangkan imajinasi mereka. Dongeng memberi ruang untuk berfantasi, melampaui batasan realitas, dan merangsang kreativitas.
3. Pengajaran Budaya
Setiap daerah di dunia memiliki dongeng khasnya sendiri yang mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan budaya setempat. Misalnya, di Indonesia kita memiliki dongeng seperti "Bawang Merah Bawang Putih" yang mengajarkan pentingnya kebaikan hati dan kejujuran.
4. Sarana Hiburan
Dongeng tidak hanya berfungsi sebagai alat pendidikan, tetapi juga sebagai hiburan. Kisah-kisah penuh aksi, makhluk-makhluk fantastis, dan petualangan yang mendebarkan membuat dongeng tetap diminati dari zaman ke zaman.
Meski awalnya disebarkan melalui tradisi lisan, dongeng kini banyak diadaptasi ke berbagai bentuk media modern, seperti film, buku, hingga serial televisi. Walt Disney, misalnya, telah menghidupkan kembali dongeng-dongeng klasik seperti "Putri Salju" dan "Cinderella," menjadikannya populer di seluruh dunia. Selain itu, dongeng modern sering kali lebih inklusif dan memperkenalkan tema-tema yang relevan dengan dunia saat ini, seperti pemberdayaan perempuan dan keberagaman.
Dongeng Merupakan Hiburan Bermakna Untuk Anak-anak
Salah satu kekuatan dongeng adalah kemampuannya untuk menghibur sekaligus menyampaikan nilai-nilai penting. Contoh seperti "Kancil Mencuri Ketimun" menunjukkan bahwa kecerdikan bisa menjadi alat untuk bertahan hidup, tetapi ketidakjujuran dapat berujung pada masalah. Melalui cerita ini, anak-anak terhibur dengan petualangan Kancil, tetapi juga belajar tentang pentingnya moralitas dan konsekuensi dari tindakan buruk.
Dongeng yang disampaikan dengan cara yang menyenangkan juga membantu mengembangkan karakter anak. Misalnya, tokoh-tokoh seperti Cinderella atau Bawang Putih yang selalu bersikap baik hati meski menghadapi banyak kesulitan. Mengajarkan bahwa kebaikan pada akhirnya akan mendapatkan balasan yang baik. Kisah-kisah ini mendorong anak-anak untuk bersikap baik, sabar, dan rendah hati.
Selain menghibur, dongeng juga memupuk imajinasi anak-anak. Mereka diajak untuk membayangkan dunia yang penuh dengan makhluk ajaib, tempat-tempat fantastis, dan kejadian-kejadian yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Ini tidak hanya membuat anak-anak terhibur, tetapi juga melatih kemampuan berpikir kreatif mereka. Imajinasi yang dibangun melalui dongeng dapat membantu anak-anak dalam menyelesaikan masalah dan berpikir di luar batasan-batasan yang ada.
Dongeng bagi anak-anak tidak hanya berfungsi sebagai cerita yang menyenangkan, tetapi juga alat pendidikan yang efektif. Kombinasi antara hiburan dan makna moral yang disampaikan melalui dongeng memastikan bahwa anak-anak dapat menikmati cerita sambil belajar nilai-nilai kehidupan yang berharga.
Melihat keajaiban dongeng yang mampu memberi makna bagi kehidupan seseorang sejak usia dini mendorong seorang bernama Eklin Amtor de Fretes atau akrab disapa Kak Eklin untuk menyebarkan pesan perdamaian di tengah masyarakat yang beragam di Maluku. Ia berdongeng keliling menggunakan metode ventrilokuisme (seni berbicara tanpa menggerakkan bibir) yang bukan saja didengar oleh anak-anak tetapi juga orang-orang dewasa dari berbagai latar belakang.
Lewat Dongeng, Kak Eklin Menyebarkan Pesan Perdamaian di Maluku
Kak Eklin telah mengelilingi lebih dari 73 tempat di Maluku dan Maluku Utara, dari satu desa ke desa lain, pindah-pindah pulau dan telah menjangkau lebih dari 1.000 anak. Kak Eklin ditemani oleh bonekanya yang diberi nama Dodi.
Pada tahun 2016, Kak Eklin mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Asosiasi Living Values Education. Dari sanalah ia mendapat ilmu dan pengalaman serta akreditasi sebagai trainer nasional untuk Living Values Education (pendidikan yang menghidupkan nilai). Kemudian tahun 2017 Kak Eklin mendirikan program bernama Youth Interfaith Peace Camp atau kemah damai pemuda lintas iman (Islam, Kristen, Katolik dan agama suku Nuaulu). Tujuannya adalah menghidupkan perdamaian lewat kreativitas dan keseharian hidup bagi kalangan muda.
Sejak kegiatan itu dilakukan kemudian tumbuhlah ide untuk mengajarkannya juga kepada anak-anak dengan bantuan boneka sebagai media agar lebih mudah dipahami. Dengan mendongeng bersama Dodi, menarik perhatian anak-anak.
Apa yang dilakukan Kak Eklin tidak berjalan mulus. Kak Eklin yang bisa mendongeng secara otodidak ini mendapat penolakan dari masyarakat di sebuah desa di Pulau Seram karena dianggap melakukan proses kristenisasi dengan menggunakan media dongeng kepada anak-anak. Padahal pesan-pesan yang disampaikan adalah pesan perdamaian mengingat Maluku memiliki sejarah konflik yang masih membayangi dan membekas hingga kini.
Tanpa lelah dan putus asa, Kak Eklin terus mendongeng hingga akhirnya pada tahun 2019 ia membuat program Rumah Dongeng Damai. Anak-anak bisa banyak belajar akan perdamaian yang dikemas dalam bentuk dongeng. Selain itu, anak-anak juga diajarkan berbahasa Inggris dan Jerman serta kelas seni.
Kak Eklin memberanikan diri menyambangi daerah-daerah perbatasan konflik, termasuk Saleman dan Horale di Pulau Seram. Keduanya pernah terjadi konflik pada tahun 1999 hingga 2000-an awal. Melalui dongeng yang ia bawakan, Eklin mampu menyatukan anak-anak dari Saleman dan Horale. Para orang tua mereka yang telah lama tidak bertemu juga menjadi saling bertegur sapa hingga berpelukan. Hal ini semakin menguatkan keyakinan Kak Eklin bahwa dengan dongeng bisa membangun ikatan, kedekatan, dan membawa kebahagiaan.
Dongeng Sebagai Alat Perdamaian
Kak Eklin Amtor de Fretes, sosok sangat inspiratif yang menggunakan kekuatan dongeng untuk menyebarkan pesan perdamaian dan kebersamaan. Selain sebagai pendongeng, Kak Eklin juga seorang pendeta yang aktif dalam mempromosikan perdamaian di daerah yang pernah mengalami konflik tersebut.
Kak Eklin yang lahir dan besar dari keluarga penganut Kristen Protestan yang tinggal di lingkungan yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Bukan hanya rasa saling menjaga yang kuat, ia juga punya sosok insipiratif yaitu tetangganya yang sering menceritakan kisah-kisah perdamaian untuk menghiburnya. Dari situlah ia tergerak menjadi seorang pendongeng yang menyebarkan toleransi kepada generasi penerus bangsa.
Kak Eklin meyakini bahwa dongeng dapat menjadi sarana yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan perdamaian kepada masyarakat, terutama kepada anak-anak. Melalui cerita-cerita yang sederhana namun penuh makna, Kak Eklin menekankan pentingnya toleransi, persaudaraan, dan kerukunan antarumat beragama di Maluku. Dongeng yang ia sampaikan tidak hanya bersifat hiburan, tetapi juga sebagai sarana refleksi bagi anak-anak dan orang dewasa untuk hidup berdampingan dalam harmoni.
Dalam perannya sebagai pendeta, Kak Eklin menggunakan dongeng untuk menjangkau komunitas-komunitas di berbagai wilayah, terutama di daerah-daerah yang masih merasakan dampak dari konflik sosial. Dengan pendekatannya yang kreatif dan penuh empati, ia berhasil menyampaikan pesan-pesan kasih dan perdamaian yang mampu menginspirasi generasi muda Maluku untuk menjaga kerukunan dan persatuan di tengah keberagaman.
Selain di Maluku dan Maluku Utara, Kak Eklin juga pernah mendongeng di Makassar, Mamuju, Majene, Jakarta dan Yogyakarta serta beberapa daerah yang mengalami bencana alam. Tidak hanya soal perdamaian, Kak Eklin juga menyisipkan pesan-pesan moral seperti merawat cinta kasih kepada sesama makhluk dan juga alam semesta.
Apresiasi Atas Upayanya Menjaga Perdamaian di Maluku
Kak Eklin tidak berjalan sendirian, dibantu oleh tim relawan Jalan Merawat Perdamaian (JMP) untuk kelancaran misi menyebarkan pesan perdamaian ini. Kerja keras tanpa lelah dan komitmennya mulai membuahkah hasil. Jejak Kak Eklin sudah semakin luas dan apresiasi pun mulai berdatangan dari berbagai pihak. Salah satunya dengan mendapat penghargaan dari Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2020 di bidang pendidikan atas perannya sebagai Pendongeng Kreatif Anak Maluku.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Kak Eklin dalam memanfaatkan dongeng sebagai media untuk menyebarkan pesan perdamaian dan pendidikan kepada anak-anak di Maluku.
Penghargaan ini tidak hanya mengakui kreativitasnya dalam mendongeng, tetapi juga kontribusi besarnya dalam membangun jembatan diantara berbagai komunitas di wilayah yang pernah mengalami konflik. Melalui dongeng-dongengnya, Kak Eklin berhasil membawa perubahan positif dan menanamkan nilai-nilai moral yang kuat di kalangan generasi muda.
Dengan menerima penghargaan ini, Kak Eklin telah menunjukkan bahwa dongeng bisa menjadi sarana yang efektif untuk membangun perdamaian dan kebersamaan, sekaligus menjadi media kreatif untuk menyampaikan pesan-pesan penting dalam masyarakat. Kak Eklin telah berperan dalam memajukan budaya mendongeng di Indonesia, khususnya di Maluku.
Kisahnya menunjukkan bahwa dongeng bukan hanya sekadar cerita, tetapi bisa menjadi alat perubahan sosial yang kuat ketika disampaikan dengan hati yang tulus dan tujuan yang mulia. Kak Eklin Amtor de Fretes adalah bukti nyata bagaimana dongeng dapat menjadi jembatan bagi masyarakat untuk menemukan kedamaian dan persaudaraan di tengah perbedaan. Dongeng sebagai alat komunikasi yang tidak hanya menghibur tetapi juga menanamkan nilai-nilai penting yang dapat menjadi pondasi bagi terciptanya perdamaian yang berkelanjutan.
Komentar
Posting Komentar