Bagaimana Agar Stunting dan Gizi Buruk di Indonesia Dapat Segera Diatasi?




Pemerintah mempunyai target penurunan angka stunting hingga 14% di tahun 2024. Namun, masih banyak ditemukan kasus stunting dan gizi buruk di masyarakat. Banyak faktornya, gak hanya soal ekonomi saja. Pola asuh keluarga, rendahnya literasi terkait gizi, rendahnya kesadaran tentang gizi dan pengaruh iklan di berbagai media tentang makanan dan minuman yang terlihat sehat padahal belum tentu menyehatkan.

 

Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak haruslah dibatasi. Kadang kita lupa sudah mengonsumsinya cukup dalam konsumsi harian tapi karena tergoda dengan iklan serta promo-promo sehingga mendorong kita untuk membelinya lagi. Oleh karena itu diperlukan kesadaran diri sendiri dalam hal pemenuhan gizi yang dimulai dari diri sendiri.

 

Kesadaran Gizi Terbangun dari Literasi Gizi

 

Sebagai blogger dan pegiat sosial media saya merasa punya tanggung jawab untuk membagikan konten-konten positif tentang berbagai hal, salah satunya gizi. Sejak mengikuti kampanye gizi keluarga yang diadakan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) tahun 2018, saya jadi lebih sadar tentang betapa pentingnya memperhatikan asupan gizi setiap harinya. Apalagi jika sudah berkeluarga.





 

Melalui berbagai program YAICI saya jadi semakin tahu tentang gizi dan banyaknya penyakit yang sebetulnya bisa dicegah sejak dini seperti Stunting dan Diabetes. Nah, ini tantangan bagi saya bagaimana apa yang saya dapatkan ini bisa saya bagikan lagi ke teman-teman yang membaca blog dan mengikuti sosial media saya. Tantangan kedua bagaimana membuat mereka membaca hingga selesai dan mempengaruhi perubahan pola hidup menjadi lebih sehat.

 

Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah pun juga bukan hal yang sulit. Selain mempersiapkan mental, kita juga harus membekali diri dengan berbagai ilmu menjadi orang tua termasuk apa yang kita sajikan di atas meja makan untuk mereka. Mumpung masih single, saatnya memperbanyak ilmu agar semakin siap ketika menjadi Ibu (orang tua) nanti.

 

Imbangi Iklan Makanan Minuman Manis Dengan Kampanye Gizi

 

Banyaknya iklan makanan dan minuman manis yang menarik di berbagai platform media baik media nasional maupun media sosial sungguh sangat menggoda untuk mengonsumsinya. Tidak jarang makanan dan minuman dalam kemasan diberikan untuk anak-anak. Sering ditemui anak-anak dan remaja bawa-bawa minuman botol tinggi gula ketika bermain atau pulang sekolah. Tentunya kalau gak dikendalikan maka akan berdampak pada kesehatannya kelak. 

 

Stunting dan gizi buruk harusnya menjadi masalah kesehatan yang serius untuk diperhatikan, bukan hanya oleh pemerintah tapi oleh kita sebagai masyarakat umum yang juga memiliki peran untuk menyehatkan Indonesia. 

 

YAICI dan para mitranya terus berupaya mengajak masyarakat untuk memperhatikan asupan gizi. Isi piringku dibiasakan setiap hari. Kontrol konsumsi Gula, Garam, dan Lemak setiap hari dan konsumsi makanan minuman yang sesuai penggunaannya. Kental manis yang masih banyak diyakini bahwa itu susu, harusnya sudah beralih penggunaannya hanya menjadi topping makanan atau minuman. Kandungan protein yang rendah dan tinggi gula gak bisa dijadikan sebagai pengganti susu. Nah, ini harus kita tanam dalam pikiran bahwa kental manis bukan susu, bukan minuman pengganti susu untuk bayi, bukan minuman untuk diminum satu gelas penuh. 

 

PP Muslimat NU yang merupakan salah satu mitra YAICI punya program untuk mengendalikan Stunting yaitu Ibu Asuh Bagi Anak Terindikasi Stunting. Harapannya agar asupan gizi si anak dapat diperbaiki dengan baik sehingga dapat bertumbuh sebagaimana mestinya.

 

Selain itu, PP Aisyiyah Muhammadiyah juga memiliki program pencegahan stunting dengan program satu keluarga diberikan satu piring telur. BKKBN juga melakukan pendampingan terhadap keluarga yang berisiko stunting. Kementerian Kesehatan juga sudah secara rutin melakukan kampanye isi piringku, pencegahan penyakit tidak menular dan pencegahan anemia bagi remaja putri. Kampanye Anak Sehat juga terus digaungkan oleh Kemenkes. Artinya pemerintah dan lembaga sudah bergerak saatnya kita sebagai masyarakat juga ikut bergerak.

 

Sinergi Pentahelix Dalam Mengatasi Gizi Buruk Pada Balita di Indonesia

 

Urun rembug sinergi pentahelix telah terlaksana sebagai salah satu program kerja YAICI untuk mengumpulkan suara dari berbagai unsur masyarakat serta profesi. Tujuannya agar tercipta aksi nyata dalam menekan angka stunting dan gizi buruk pada balita di Indonesia. Tentunya PR besar bagi kita semua, bukan saja pemerintah tapi kita semua.





 

Saya pribadi jadi terinspirasi dari program PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah untuk memberikan satu hari satu piring telur/tempe atau sumber protein lainnya kepada mereka yang memiliki risiko stunting. Selain menyebarkan kebaikan, gerakan ini menjadi langkah sederhana untuk mengedukasi gizi. Harapannya semakin banyak individu yang akan mengubah pola hidup lebih sehat, bagi yang belum berkeluarga mempersiapkan diri dengan literasi gizi agar kelak ketika menjadi orang tua semakin siap, dan melakukan kontribusi nyata untuk menuju Generasi Emas 2045 mendatang.

 

Semoga teman-teman yang membaca tulisan ini berkenan melakukan gerakan mengubah pola hidup agar lebih sehat.  

 

Komentar

  1. Harus terus diedukasi ya ke ortu supaya anak ga konsumsi kentak manis sebagai susu lagi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer

Follow Me

Instagram : @andini_harsono Facebook : www.facebook.com/andiniharsono Twitter : @andiniharsono Blog lainnya : www.mainjalan.com Email : andiniharsono@gmail.com