Edukasi Kusta NLR Indonesia Bersama Babinsa dan PKK
Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan
bahwa prevalensi kasus kusta di Indonesia sebesar 0,55 per 10.000 penduduk. Prevalensi
ini naik dibandingkan tahun sebelumnya. Kasus kusta baru di Indonesia mengalami
stagnasi selama 10 tahun ini dengan jumlah 18.000. Tingginya angka kasus kusta
baru membuat Indonesia berada di peringkat ketiga Negara dengan kusta tertinggi
di dunia :(
Kusta jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan disabilitas. Tahun
2017 disabilitas di Indonesia akibat kusta mencapai angka 6,6 orang per 1 juta
penduduk, sedangkan pemerintah memiliki target 1 orang per 1 juta penduduk. Maka
perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi lebih lanjut tentang kusta ini.
Bagaimana mencegah dan bagaimana menanganinya?
NLR sebagai organisasi non-pemerintah yang didirikan di Belanda
tahun 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekuensinya di seluruh dunia dengan
pendekatan tiga Zero yaitu Zero Transmission (nihil penularan), Zero
Disability (nihil disabilitas), dan Zero Exclusion (nihil Eksklusi).
NLR Indonesia melakukan roadshow Leprosy di Slawi Kabupaten Tegal bersama
Babinsa dan PKK pada awal Juni 2023 lalu.
Kegiatan ini memberikan edukasi, membuka ruang berbagi informasi
dan meningkatkan kesadaran masyarakat umum tentang kusta. Harapannya dapat
membantu menurunkan angka kusta baru dengan penanganan yang tepat.
Gaung Kusta bersama Babinsa dan PKK
Talkshow Ruang Publik KBR bertema "Gaung Kusta Bersama Babinsa dan PKK" tanggal 14 Juni 2023 lalu
menghadirkan dua narasumber yang bersama NLR Indonesia melakukan roadshow Leprosy
di Slawi yaitu Kapten Inf. Shokib Setiadi, Pasiter Kodim 0712 Tegal, dan Elly
Novita, S.KM, MM, Wakil Ketua Pokja 4, TP PKK Kabupaten Tegal.
Talkshow ini membahas tentang pengalaman Babinsa dan PKK bersama
melakukan sosialisasi dan edukasi kusta. Membuka ruang informasi dan edukasi
tentang penyakit kusta kepada masyarakat luas.
Sependapat dengan Bapak Shokib, Ibu Elly juga merasakan begitu
pentingnya edukasi mengenai kusta. Mendapatkan bekal bagaimana mencegah kusta
dan menangani kusta secara benar untuk dapat dibagikan kembali kepada masyarakat.
“Dengan kegiatan kemarin kami mendapat informasi yang benar tentang
kusta sehingga menjadi bekal kami untuk meneruskan informasi kepada masyarakat.
Bekal kami bagaimana menangani kusta jika ditemui di masyarakat.” jelas Ibu Elly
pada Talkshow Ruang Publik KBR.
Bapak Shokib mengapresiasi pembelajaran mengenai kusta yang
dilakukan kemarin karena dapat membuka pengetahuan tentang kusta secara benar.
Selama ini stigma negatif mengenai kusta kencang beredar dalam masyarakat. “Sehingga
dengan adanya pembelajaran dan edukasi roadshow yang kemarin
dilaksanakan di Slawi ini bisa membuka pemikiran kami, bisa membuka pengetahuan
kami sekaligus kami ini Babinsa yang ada di wilayah ini bisa memberikan
pendampingan terhadap petugas-petugas kesehatan yang ada di wilayah dimana para
Babinsa ini punya peran penting yang suatu saat berada di tengah-tengah
masyarakat.” jelas Bapak Shokib.
Kegiatan roadshow ini sangat penting karena memberikan
edukasi mengenai kusta dengan benar dan menyenangkan sehingga mengurangi stigma
negatif kusta.
Mengenal Kusta dan Apa Dampaknya?
Kusta atau Lepra merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
Leprae yang menyerang kulit dan jaringan saraf parifer serta mata dan selaput
yang melapisi bagian dalam hidung. Jika tidak ditangani segera, kusta dapat
menyebabkan disabilitas. Kerusakan saraf dapat menyebabkan kelumpuhan dan buta jika
tidak mendapatkan pengobatan segera.
Kusta dapat menular melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan
seseorang yang mengidapnya. Selain itu, kusta juga bisa ditularkan melalui
udara jika pengidapnya bersin atau batuk. Bakteri penyebab kusta dapat hidup
beberapa hari dalam bentuk droplet di udara. Namun, sebenarnya kusta bukanlah
penyakit yang mudah menular.
Ada beberapa faktor penyebab tingginya risiko terkena kusta diantaranya,
melakukan kontak langsung dengan seseorang yang sudah terkena kusta, memiliki
kelainan genetik, mengalami kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta,
seperti armadillo, dan tinggal di area endemik kusta.
Apa Gejala Kusta?
Gejala utama kusta adalah bercak perubahan warna menjadi lebih
putih dan lesi di kulit berbentuk benjolan. Gejala ini disertai dengan rasa
baal atau kebas pada bagian tersebut dan kelemahan otot. Selain itu ada
beberapa kusta yang menimbulkan gejala berbeda dan mempengaruhi bagaimana cara
mengobatinya.
1.
Tuberkuloid
Tipe
ini hanya memiliki satu atau beberapa bercak datar berwarna pucat. Daerah kulit
yang terkena bisa mati rasa karena kerusakan saraf di bawahnya. Tipe ini paling
ringan dengan tingkat penularannya rendah.
2.
Lepromatosa
Tipe
ini memiliki benjolan luas di kulit dan ruam, mengalami mati rasa dan kelemahan
otot. Hidung, ginjal, dan organ reproduksi laki-laki dapat berpengaruh. Kusta
Lepromatosa termasuk kusta berat dan lebih mudah menular.
3.
Borderline
Tipe
ini memiliki gejala gabungan dari kusta tuberkuloid dan lepromatosa.
Pencegahan kusta dapat dilakukan dengan menghindari kontak dekat
dalam jangka panjang pada seseorang yang terinfeksi tetapi tidak diobati.
Lakukan diagnosis dini jika mengalami gejala penyakit kusta agar dapat segera
mendapatkan pengobatan. Pelayanan pengobatan kusta dijamin oleh pemerintah
sehingga jangan khawatir soal biaya untuk berobat.
Membangun kesadaran masyarakat untuk mendeteksi dini penyakit kusta
merupakan tantangan bagi para stakeholder terkait. Oleh karena itu, sosialisasi
dan edukasi mengenai kusta diharapkan rutin dilaksanakan dan masiv melibatkan seluruh
lapisan masyarakat. Memberikan pemahaman bahwa penyakit kusta dapat dicegah, dapat
disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan cepat, tidak mudah menular meskipun
penyakit menular dan mengurangi ketakutan masyarakat terhadap kusta.
Semoga roadshow NLR Indonesia bersama Babinsa dan PKK edukasi kusta dapat dilaksanakan lebih luas lagi sehingga banyak masyarakat yang mendapatkan manfaatnya.
Komentar
Posting Komentar