Griya Schizofren Cahaya Harapan Bagi ODMK




Bagi sebagian besar masyarakat, orang-orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) adalah orang berpenyakit yang harus dijauhi. Seseorang yang memiliki gangguan jiwa masih memiliki stigma buruk sehingga membuat masyarakat cenderung mengucilkan atau menjauhinya bahkan tidak lagi memberi ruang bagi mereka untuk hidup dengan normal. Di Indonesia tercatat ada 15,5 juta remaja mengalami gangguan mental (Depkes RI 2022) sedangkan sekitar 400,000 orang atau sebanyak 1,7 per 1,000 penduduk mengalami skizofrenia (Depkes RI 2019).

 

Skizofrenia merupakan gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku dengan baik. Ciri-cirinya adalah pemikiran atau pengalaman yang nampak tidak berhubungan dengan kenyataan, ucapan atau perilakunya tidak teratur, dan penurunan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Seorang skizofrenia juga kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat sesuatu. Mereka juga sering berhalusinasi, delusi dan mengalami kekacauan dalam berpikir, serta ada perubahan sikap. Penanganan bagi skizofrenia bisa seumur hidup dengan melibatkan kombinasi obat psikoterapis dan layanan perawatan khusus terkoordinasi.

 

Skizofrenia bisa dialami siapa saja, laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 15 – 35 tahun. Ketika seseorang memiliki gejala mengalami skizofrenia maka sebaiknya segera ditangani bukan malah dijauhi. Kondisi ini diperlukan kesadaran dari masyarakat untuk bersama saling membantu agar skizofrenia dapat ditangani dengan tepat sehingga tidak lagi menjadi suatu keresahan yang dapat mengganggu aktivitas sosial bermasyarakat.

 

Mendekati dan Merangkul Di Saat Yang Lain Menjauhi

 

Ketika sebagian dari masyarakat merasa ketakutan dan menjauhi mereka yang memiliki masalah kejiwaan, tiga mahasiswi di Surakarta ini malah mendekati, merangkul, dan mengajak mereka untuk lebih produktif. Triana Rahmawati, Febrianti Dwi Lestari, dan Wulandari memiliki kepedulian dan perhatian lebih kepada orang-orang yang memiliki gangguan kejiwaan. Mereka melihat ODMK sama seperti orang lain yang dapat beraktivitas seperti seseorang pada umumnya. Hal ini yang mendorongnya untuk bergerak bersama melakukan berbagai kampanye melalui Komunitas Griya Schizofren.




Triana dan kedua rekannya ini sedih ketika melihat ODMK dianggap sebagai gangguan yang meresahkan di tengah masyarakat. Banyak dari mereka dikucilkan dan tidak dihiraukan keberadaannya. Melalui beragam kegiatan yang diadakannya, Triana berharap ODMK bisa dilibatkan dalam berbagai interaksi sosial.

 

Griya Schizofren merupakan wadah volunteerism untuk anak-anak muda yang peduli kepada Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK). Griya berarti wadah atau rumah yang menampung kepedulian tersebut, sedangkan Schizofren merupakan singkatan dari Social, Humanity and Friendly. “Saat ini (sejak pandemi) kami memiliki 10 volunteer aktif dan jika ada kegiatan offline maka jumlahnya akan bertambah karena kami berkolaborasi dengan berbagai komunitas.” ungkap Triana.

 

Makna lebih luas dijelaskan dari nama komunitas ini adalah merupakan tempat anak muda menyalurkan jiwa sosialnya karena panggilan kemanusiaan dengan memegang prinsip kesetaraan atau persahabatan untuk ODMK. Komunitas Griya Schizofren ini bergerak sejak 2012 melakukan kampanye secara rutin seperti bernyanyi, menggambar, dan sebagainya. Tidak cukup sampai di situ, Triana dan kawan-kawan bersama Griya PMI Peduli Surakarta berkolaborasi untuk membangun jaringan sosial, dan mendapatkan pengalaman baru. Hari bertambah hari, komunitas ini mendapat banyak dukungan bukan hanya dari kalangan mahasiswa namun para orang tua turut membantu terlaksananya kampanye. Pada dasarnya komunitas ini merupakan gerakan sosial kemanusiaan yang berprinsip pada persahabatan. Bersama merangkul mereka yang mengalami masalah kesehatan jiwa agar dapat lebih mandiri dan tetap beraktivitas seperti orang normal pada umumnya.

 

“Mereka manusia terkadang terlupakan untuk dimanusiakan. Mereka masyarakat, tapi juga tidak dimasyarakatkan. Mereka tersingkir bahkan terbuang dari perhatian. Untuk itulah kami memilih fokus peduli kepada ODMK yang ada di Griya PMI Peduli Surakarta. Griya Schizofren memiliki anak-anak muda terbaik yang mengabdi di Griya PMI Peduli Surakarta dengan jumlah ODMK mencapai 130 jiwa.” lanjut perempuan yang akrab disapa Tria ini.

 

Para volunteer datang untuk mengajak bernyanyi, bercerita atau sekedar menjadi pendengar yang baik merupakan upaya yang dilakukan agar mereka ODMK tidak merasa sendirian. Perilaku ini juga akan membantu mereka merasa lebih hidup dengan kesetaraan yang didapatkan. ODMK bukan lagi menjadi orang yang ditakuti apalagi sampai dikucilkan. Mereka punya hak hidup yang sama seperti manusia lainnya.

 

Mendorong ODMK Memiliki Kemampuan Secara Ekonomi

 

Triana terus bergerak hingga akhirnya tahun 2016 ia meregenerasi Griya Schizofren ini kepada adik-adik kelasnya. Triana fokus pada program, perencanaan dan akomodasi setiap kebutuhan komunitas. Berbekal ilmu social enterprise yang ia pelajari di kampusnya, akhirnya bisa membantu mendanai kegiatan kampanye yang dilakukan Griya Schizofren dan juga mendorong mereka ODMK untuk memiliki ketrampilan sesuai minatnya.

 

Griya Schizofren seringkali mengadakan aktivitas menarik untuk menyalurkan ilmu social enterprisenya seperti menjualkan hasil gambar ODMK dengan cara kolaborasi bersama pengusaha cendera mata. Aktivitas ini sekaligus untuk melatih jiwa kreatif mereka para ODMK. Selain itu, digunakan ODMK untuk melepaskan strees dan yang utamanya adalah menjadikan mereka mandiri secara ekonomi sehingga dapat berdampak memberikan ODMK kesempatan yang sama di tengah masyarakat untuk berkarya.



Di sisi lain, aktivitas produktif ini juga sebagai kampanye kepada masyarakat untuk mengubah mindsetnya tentang keberadaan ODMK ini. Bahwa orang yang memiliki masalah kejiwaan bukanlah orang yang membahayakan. Bukan orang yang patut dijauhi dan dikucilkan. Hal ini yang terus disuarakan. Kepedulian kepada mereka yang seringkali tidak dilihat oleh masyarakat.

 

Griya Schizofren Cahaya Di Tengah Kegelapan

 

Triana yakin bahwa apa yang ia dan teman-temannya lakukan akan berdampak baik bagi mereka ODMK dan juga masyarakat luas. Bukan hanya memberikan dukungan sosial bagi mereka ODMK namun juga keluarga ODMK. “Seringkali kita lupa, keluarga yang anggotanya memiliki ODMK juga memerlukan perhatian dan dukungan. Hal ini yang menjadi harapan kami ke depannya yaitu mendampingi keluarga-keluarga yang salah satu anggota keluarganya ada di dalam panti.” jelas Tria.

 

Selama pandemi, beberapa aktivitas ditiadakan karena terkendala dengan pelaksanaannya jika dilakukan secara daring. Selama ini program rutin yang dilakukan adalah pelaksanaan kurban dan berbagi buah untuk menjaga pemenuhan kualitas kesehatannya, serta perayaan Hari Kemerdekaan RI.

 

“Tahun ini ada program baru yang kami sebut asuransi kesehatan tapi dari masyarakat. Tujuannya agar mereka yang tidak memiliki BPJS tetap bisa berobat jika sakit. Kami juga ada pembagian sembako.” Program ini sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatannya yang didukung oleh berbagai pihak salah satunya Astra.


Melihat sebegitu hebatnya hal yang dilakukan oleh Griya Schizofren peduli pada ODMK yang berada di Griya PMI Peduli Surakarta saya yakin pastinya tidak akan berhenti sampai di situ saja kegiatannya. Ketika saya menanyakan resolusi selanjutnya secara singkat Tria dengan semangat menceritakan, “Kami ingin mendukung para keluarga dengan membentuk Family Care Giver Support atau Family Care Giver Community. Keluarga yang merawat anggota keluarganya ODMK akan kami dukung dengan social enterprise agar mereka juga tidak merasa sendirian. Karena merawat ODMK itu sepanjang umur mereka. Jadi fokusnya ke kesehatan dan ekonomi. Kesehatannya naik, ekonominya juga naik.”


 

Saya sepakat. Support system sangat diperlukan untuk merawat ODMK. Memupuk harapan bagi ODMK merupakan dasar dari proses pemulihan. Griya Schizofren hadir untuk menemani mereka mendapatkan harapannya kembali melalui komunikasi intens agar semangat hidupnya dapat terjaga.

 

Berbagai aktivitas Griya Schizofren juga memberikan identitas positif bagi mereka yaitu sebagai pengusaha handmade, penyanyi, pelukis, penulis dan sebagainya. Dengan memberikan identitas positif inilah sebagai langkah mengubah stigma buruk masyarakat pada penderita gangguan jiwa dapat dikurangi.

 

Dampak lainnya, melatih ODMK mengambil tanggung jawab dan mengendalikan diri. ODMK bukan saja bergantung pada dokter, atau orang lain yang merawat namun memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri untuk pulih. Semangat ini yang dijaga dengan hadirnya Griya Schizofren sebagai teman mereka.

 

Bak cahaya di tengah gelapnya malam. Griya Schizofren ada untuk mereka yang merasa tidak ada atau sedang dianggap tidak ada. Hadir untuk mereka keluarga yang merasa terbebani dengan kehadiran ODMK di keluarganya. Cahaya bagi mindset yang gelap akibat stigma buruk tentang ODMK. “Jaga kesehatan jiwa kita yuk. Dengan menjaga kesehatan jiwa, maka kita juga akan menjaga kesehatan jiwa orang lain dan bisa membantu orang-orang mental health survivor.” ungkap Tria sebagai harapannya untuk anak-anak muda.

 

Kebaikan ini menghantarkan Triana Rahmawati bersama Griya Schizofren terpilih sebagai penerima penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards kategori kesehatan tahun 2017. Penghargaan ini sebagai pelumas bagi roda kebaikan yang terus dilakukan olehnya untuk ODMK. Kisahnya juga mendorong masyarakat membuka ruang hati untuk lebih peduli terhadap ODMK dimulai dari lingkungan terdekat termasuk saya. Semoga akan lebih banyak lagi yang sadar dan tergerak meneruskan kebaikan ini.

Komentar

Postingan Populer

Follow Me

Instagram : @andini_harsono Facebook : www.facebook.com/andiniharsono Twitter : @andiniharsono Blog lainnya : www.mainjalan.com Email : andiniharsono@gmail.com