Curhat Literasi Sebagai Ruang Dengar Menjaga Kesehatan Mental

 


Bagaimana Menjaga Kesehatan Bukan Hanya Fisik Tapi Juga Mental 

Saya sepakat bahwa bukan hanya fisik saja yang kita jaga kesehatannya, namun mental tidak kalah penting untuk dijaga agar tetap sehat. Kalau saya, dalam upaya menjaga kesehatan mental salah satu caranya adalah dengan bepergian (traveling) ke tempat-tempat baru atau ke tempat yang saya suka. Seperti beberapa minggu lalu saya melakukan perjalanan selama 12 hari ke 3 Negara yaitu Singapore, Vietnam dan Malaysia. Saya hadir sepenuhnya ketika perjalanan itu. Saya rasakan apa yang ada dalam hati dan mencoba mendengarkan kata hati.

 

Cara lainnya yang saya lakukan adalah curhat. Tentunya saya curhat dengan orang yang saya percaya dan bersedia menjadi pendengar yang baik sekaligus penasehat jika memang diperlukan. Dulu, waktu Mama saya masih ada, dengan beliaulah saya curahkan isi hati sepenuhnya. No secret, no lies, apa adanya. Begitu juga dengan beliau, selalu meluapkan perasaannya kepada saya. Marah, kesal, sedih, apalagi bahagia beliau selalu mengatakannya. Setelah beliau berpulang, maka saya merasa harus segera mencari setidaknya sosok yang mirip beliau. Alhamdulillah, saya menemukannya meskipun tidak 100% saya bisa ungkapkan perasaan atau masalah yang sedang dihadapi, namun beliau selalu ada dan bersedia menjadi pendengar merangkap penasehat yang baik untuk saya.

 

Untuk beberapa hal pribadi (deep down in my heart) saya memilih untuk mengungkapkan kepada professional. Apalagi pandemi tiba-tiba hadir selama hampir 3 tahun ini seakan mengubah beberapa mindset dan hidup saya. Iya, harus saya akui, bukan hanya terkena dampak secara ekonomi namun juga mental. Sadar hal itu saya alami, saya segera bergerak mencari pertolongan. Tentunya pertolongan pertama saya memohon kepada ALLAH SWT untuk memberikan saya petunjuk kemana saya mendapatkan bantuan agar kesehatan mental saya tetap terjaga dengan baik.

 

Selama masa pandemi, sebagian dari kita mungkin saja mengalami hal yang sama yaitu adanya perubahan emosi, rasa cemas yang berlebihan (anxiety), trauma, stress, xenophobia bahkan depresi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat masalah gangguan kesehatan jiwa meningkat sebesar 64,3% baik karena penyakit COVID-19 maupun masalah sosial ekonomi dampak dari COVID-19. Berdasarkan kondisi tersebut, Kemenkes memperkuat jejaring layanan kesehatan jiwa mulai dari tingkat masyarakat, puskesmas hingga RS rujukan. Peringatan Hari Kesehatan Jiwa pada Oktober 2022 lalu Pemerintah (Kemenkes) mengajak kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pihak swasta, organisasi profesi, media massa, LSM dan donor agensi dalam upaya pencegahan dan pengendalian kesehatan jiwa. Harapannya, masyarakat dapat lebih peduli terhadap kesehatan jiwa, meningkatkan kemauan, kemampuan, dan kesadaran tentang pentingnya kesehatan jiwa.

 

Sebagai masyarakat yang peduli terhadap kesehatan baik fisik maupun mental (jiwa), saya senang sekali menjadi bagian dari Curhat Literasi bersama Generasi Literate (Gen-L) dan juga Nutrisi Keluarga yang terlaksana pada Selasa, 29 November 2022 lalu. Saya rasa (mungkin) sebagian dari kita memerlukan tempat curhat, tempat untuk didengarkan tanpa merasa dihakimi dan tempat saling sharing. Curhat Literasi hadir sebagai ruang dengar untuk kita yang memerlukan dukungan bahkan bantuan dalam upaya menjaga kesehatan mental.



Mengapa Curhat Literasi?

 

Selain menjadi media dengar curahan hati teman-teman, Gen-L mengajak kita semua untuk mulai lagi membaca. Saat ini literasi tentang kesehatan jiwa sangat banyak dan mudah diakses di internet. Saya pun membaca tentang hal itu hampir setiap hari. Saya juga mengikuti di Instagram praktisi-praktisi kesehatan mental yang dengan senang hati mereka berbagi ilmu dalam rangka membantu sesama yang sedang membutuhkan pertolongan. Dari membaca kita jadi memahami apa yang tersirat, kita akan semakin peka terhadap perasaan, bukan hanya perasaan diri sendiri namun juga orang-orang di sekeliling kita.



Hadir bersama Gen-L dan Nutrisi Keluarga dalam Curhat Literasi seorang praktisi kesehatan mental yaitu Zikron Ikrahi yang membawa kami semua belajar memahami apa yang sedang terjadi dengan cara-cara yang mudah. Mas Zikron memberi pencerahan tentang bagaimana cara membuka kepekaan hati agar dapat merasakan sehingga bisa menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Sebagai contoh, hubungan dengan keluarga (orang tua, pasangan, kakak, adik, sepupu, om, tante dan lainnya) bisa saja tidak terjalin dengan baik dan harmonis. Sebagian enggan untuk mengungkapkannya karena takut memperburuk hubungan, namun mau sampai kapan dipendam terus hingga akhirnya bisa meninggalkan luka batin seumur hidupnya?

 

Ada 3 tips sederhana dari Mas Zikron untuk membuka kepekaan hati dan menjalin komunikasi yang baik.

 

😊Sebut namanya dalam hati kemudian doakan. Dengan menyebut namanya maka secara alamiah akan memanggil dia untuk mendekat kepada kita kemudian kita doakan sebagai kebaikan agar terjalin kembali kasih sayang diantaranya.

 

😊Memandang wajahnya. Setelah menyebut nama dan mendoakannya maka pandanglah wajahnya. Jika seseorang itu sedang marah, lihatlah reaksinya setelah kita sebut nama dan mendoakannya.

 

😊Berikan pelukan hangat meskipun 1 detik. Banyak riset yang menyebutkan bahwa berpelukan bermanfaat bagi kesehatan. Pelukan dapat memberikan ketenangan, meredakan stress, meningkatkan kesehatan jantung bahkan meningkatkan daya tahan tubuh. Coba lakukan tiba-tiba memeluk orang tua, kakak, adik, keluarga yang lain, anak, teman, kekasih, gebetan (eh), suami atau istri, dan perhatikan perubahan perasaannya.

 

Tentu saja kesehatan mental harus diimbangi dengan upaya menjaga kesehatan fisik seperti yang sudah disebutkan di awal bahwa kesehatan fisik dan mental adalah hal yang penting harus dijaga agar tetap seimbang. Dalam Curhat Literasi juga diingatkan untuk tetap konsumsi makanan bergizi seimbang, mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, perhatikan apa yang dikonsumsi (gula, garam, lemak) terutama bagi anak-anak harus benar-benar diperhatikan gizinya seperti memberikan minuman susu yang memang untuk anak bukan kental manis (SKM) yang masih ada saja dijadikan minuman susu dan diberikan untuk anak. Kebayang kan jika kesehatan fisik terganggu akibat konsumsi gula berlebih maka tidak menutup kemungkinan kesehatan mentalnya pun akan terganggu.

 

Semoga dengan adanya Curhat Literasi ini dapat menjadi ruang dengar yang baik, saling berbagi, saling menguatkan, dan menjadi kegiatan positif yang berkelanjutan sebagai bentuk dukungan terhadap program pemerintah menuju Indonesia lebih sehat, berkualitas dan unggul.

 

Salam sehat 😊


--

Referensi :

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20221010/4041246/kemenkes-kembangkan-jejaring-pelayanan-kesehatan-jiwa-di-seluruh-fasyankes/

https://www.alodokter.com/manfaat-berpelukan-untuk-kesehatan-dan-kebahagiaan-yang-sayang-dilewatkan

Komentar

Postingan Populer

Follow Me

Instagram : @andini_harsono Facebook : www.facebook.com/andiniharsono Twitter : @andiniharsono Blog lainnya : www.mainjalan.com Email : andiniharsono@gmail.com