Bidan dan Edukasi Gizi Masyarakat
Sudah
lama saya tidak berkunjung ke Bandung, begitu ada kesempatan untuk ke sana,
saya tidak pikir panjang. Selain kangen-kangenan dengan suasana dan kuliner
Bandung, saya hadir pada seminar yang diselenggarakan oleh Yayasan Abhipraya
Insan Cendekia (YAICI) yang berkolaborasi dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Dihadiri oleh wakil pemerintah Jawa Barat, IBI Jawa Barat, media dan para pegiat
kesehatan di sosial media, seminar “Penguatan Peran Edukasi Bidan Untuk
Masyarakat dalam Rangka Mencegah Terjadinya Gizi Buruk.” memberi insight baru bahwa
beragam penyakit bisa kita cegah sedari dalam kandungan. Oleh karena itu, tugas
orang tua mempersiapkan gizi yang baik untuk kesehatan anak-anaknya yang akan
berpengaruh pada masa depannya.
Calon
orang tua dan orang tua bisa mengakses pengetahuan tentang gizi keluarga
melalui berbagai media, apalagi jaman serba digital sekarang ini, bisa dengan
mudah mencari informasi tentang gizi dan kesehatan dimana saja kapan saja. Jika
masih ragu maka konsultasilah pada ahlinya. Bidan, menjadi salah satu tenaga
kesehatan yang dekat dengan masyarakat. Peran bidan untuk mengedukasi gizi
kepada masyarakat sangatlah penting. Bukan saja membantu proses persalinan,
bidan juga sebagai rujukan informasi masyarakat mengenai kesehatan keluarga,
perempuan dan juga anak.
Melihat
begitu pentingnya peran bidan dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat, maka dirasa
perlu terus meningkatkan pengetahuan bagi sang bidan seperti di bidang
komunikasi agar pesan yang diberikan tersampaikan dengan baik kepada
masyarakat. Perkembangan sosial media yang begitu pesat dan sudah menjadi sesuatu
kebiasaan yang melekat, dapat dijadikan salah satu media komunikasi oleh bidan.
Satu pesan kesehatan yang diterima oleh seseorang, bisa disebarkan ke beberapa
orang bahkan ratusan orang karena peran sosial media.
Bidan
Edukasi Gizi Masyarakat
Begitu
dekatnya bidan dengan masyarakat bukan saja ketika membantu proses persalinan
namun juga menjadi pusat informasi kesehatan untuk keluarga, perempuan dan
anak. Untuk itu peran bidan sebagai tenaga kesehatan yang bisa mengedukasi gizi
kepada masyarakat sangatlah berarti. Seperti yang kita ketahui bersama, saat
ini masih banyak terdapat masalah kesehatan di tengah masyarakat, seperti
stunting, diabetes, obesitas dan penyakit tidak menular lainnya yang bisa saja
dipengaruhi oleh kebiasaan atau gaya hidup seseorang.
Bidan yang salah satu tugasnya adalah mengawal kesehatan perempuan yang hendak menjadi Ibu, bidan merupakan ujung tombak bagi optimalisasi 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Masa emas kehidupan seseorang dimulai dari 1000 HPK, untuk itu, sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan asupan bergizi seimbang untuk sang buah hati.
Disampaikan
oleh dr. Alma Lucyati, M.Kes, MSi, MH Kes dari PDUI Jawa Barat bahwa bidan
mempunyai prioritas untuk mencegah beragam masalah kesehatan seperti stunting dengan
memberikan edukasi gizi yang optimal, lengkap dan seimbang melalui berbagai kegiatan
inovatif.
Nah, agar
pesan kesehatan dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat maka bidan
juga harus cakap memahami kondisi psikologis pasien. Kondisi psikologis para
calon Ibu terutama mereka yang masih berusia muda dapat mempengaruhi pada
kondisi kesehatan si bayi. Asupan yang dikonsumsi si Ibu apakah sudah tepat
atau belum dan ketika setelah melahirkan apakah sudah siap memberikan gizi yang
tepat untuk sang buah hati. Orang tua sering mengalami rasa cemas, ketakutan, bahkan
stress ketika menerima kehadiran anggota baru dalam keluarga. Hal ini harus
dibantu bukan hanya dari tenaga kesehatan (bidan) namun juga support keluarga
besar sangat diperlukan.
Selain gizi seimbang, bidan juga bisa menjelaskan agar anak diberikan susu yang memang untuk anak. ASI adalah sebaik-baiknya makanan (susu) untuk seseorang sejak dilahirkan hingga berusia 2 tahun. Bidan juga bisa mengedukasi susu yang tepat untuk dikonsumsi anak bukan lagi kental manis yang masih sering dianggap itu adalah susu.
Memang
sejak dahulu kala kental manis selalu ada kata susu di depannya alias susu
kental manis (SKM) namun sejatinya itu bukanlah susu. Kandungan gulanya tinggi.
Kebayang kan kalau kental manis diseduh menjadi satu gelas seakan-akan itu susu
dan diberikan kepada anak-anak? Bahkan bisa dikonsumsi lebih dari 1 kali dalam
sehari. Oleh karena itu, peran bidan untuk menyampaikan hal ini kepada
masyarakat sangatlah penting. Susu kental manis yang lebih popular dengan
sebutan susu kaleng bukanlah susu melainkan bahan tambahan untuk makanan dan
minuman (topping). Namun, pada kenyataannya masih banyak orang tua yang
memberikan susu kaleng sebagai minuman susu kepada bayi, balita dan anak-anak.
Persepsi
masyarakat bahwa kental manis adalah susu sudah terbangun sejak jaman dulu. Secara
turun temurun dan juga iklan yang masih menggambarkan bahwa kental manis adalah
minuman susu membuat masyarakat masih beranggapan bahwa itu adalah susu yang
aman dikonsumsi. Padahal kental manis bukanlah susu, bukan minuman susu
pengganti ASI dan ketika konsumsi kental manis secara berlebihan dapat
menyebabkan masalah kesehatan seperti diabetes dan stunting.
Baca
Label Sebelum Membeli
Hal sederhana
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan ketika hendak
mengkonsumsi makanan dan minuman dalam kemasan masa sangatlah penting untuk
membaca label yang tercantum pada kemasannya. Mungkin memang tulisannya teramat
kecil karena menyesuaikan dengan ukuran kemasannya tapi bukan sebagai alasan
kita tidak membacanya. Dengan membaca label, kita akan tahu kandungan gizinya.
Kang
Maman Suherman selalu mengingatkan bahwa baca, baca, baca. Bacalah dulu sebelum
membeli. Literasi kita memang masih rendah tapi kita bisa perbaikinya dimulai
dari diri sendiri. Membaca label pada kemasan akan memberikan informasi terkait
kandungan atau komposisi di dalam makanan atau minuman yang hendak kita
konsumsi. Satu langkah sederhana namun bisa berdampak baik untuk diri sendiri
dan juga keluarga. Literasi gizi dalam rumah tangga harus digiatkan agar
kesehatan keluarga bisa terjaga dengan baik.
Seminar ini memberi dorongan bagi saya untuk lebih menjaga kesehatan lagi mulai dari diri sendiri dan keluarga dengan mengamalkan budaya membaca dan tidak malas mencari informasi sejelas-jelasnya terkait gizi dan kesehatan. Sebagai calon Ibu, saya sepakat bahwa literasi gizi menjadi tugas utama calon orang tua dan ketika sudah menjadi orang tua untuk menghadirkan generasi emas yang bermanfaat bukan hanya membanggakan keluarganya namun juga bangsa dan Negara kelak.
Komentar
Posting Komentar