Cegah Masalah Kesehatan Dengan Meningkatkan Literasi Gizi

 




Tanpa terasa kita sudah berada di penghujung bulan ramadhan. Semoga kita semua masih semangat dan diberikan kesehatan agar ibadah puasa kita lancar hingga merayakan hari kemenangan, Idul Fitri, aamiin.. Untuk menjaga agar puasa lancar tanpa gangguan salah satunya adalah mengatur pola makan dan asupan makanan bergizi. Apalagi untuk anak-anak ketika sudah diajarkan berpuasa seharian hingga sebulan penuh. Tentu saja bukan hanya di bulan ramadhan kita harus memperhatikan makanan yang kita makan apakah sudah memenuhi gizi yang diperlukan atau belum, terutama untuk anak-anak.

 

Jika asupan makanan tidak sesuai dengan kandungan gizinya maka dapat menyebabkan pertumbuhan kognitif dan juga fisik anak terganggu. Asupan gizi yang diberikan pada 1000 HPK sangatlah penting untuk menentukan masa depan anak. Orang tua haruslah sadar gizi dengan memperkaya pengetahuan tentang gizi yang baik diberikan untuk sang buah hati agar terhindar dari permasalahan kesehatan yang massih belum putus mata rantainya. Stunting, diabetes, balita tumbuh dengan gizi buruk beberapa masalah kesehatan yang sampai saat ini kita hadapi. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua bahkan ketika masih menjadi calon orang tua penting sekali untuk memperhatikan masalah gizi dengan literasi gizi.

 

Cegah Masalah Kesehatan Dengan Literasi Gizi

 

Hingga kini Indonesia masih menghadapi masalah kesehatan pada anak yaitu stunting. Diketahui berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalenssi stunting menunjukkan penurunan dari 27,7% di tahun 2019 menjadi 24,4%. Namun, prevalensi underweight mengalami peningkatan dari 16,3% menjadi 17%. Menurut standar WHO hanya Bali yang mempunyai status gizi berkategori baik dengan prevalensi stunting di bawah 20% yaitu 10,9% dan wasting di bawah 5% yaitu 3%.

 

Jika permasalahan gizi ini tidak dapat segera teratasi maka akan berpengaruh pada masa depannya hingga menimbulkan kemunduran secara perekonomian pada Negara. Maka dari itu ini menjadi tugas kita semua untuk mengurangi masalah kesehatan salah satu caranya yaitu dengan meningkatkan literasi gizi.




 

Faktanya, tingkat literasi gizi keluarga di Indonesia masih rendah. Pada umumnya, orang tua memberikan asupan makanan untuk anak-anaknya berdasarkan pengalaman orang tua jaman dulu atau kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh di keluarga atau masyarakat. Selain itu, iklan di televisi dan sosial media tentang produk pangan menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari yang berpengaruh pada asupan makanan yang diberikan. Apalagi kesibukan pekerjaan menjadikan orang tua lebih ingin yang praktis dan instan yang penting anak-anaknya makan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pola konsumsi anak hingga ia bertumbuh dewasa kelak.

 

YAICI (Yayasan Abhipraya Insan Cendekia) bersama Pimpinan Pusat Aisyiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) yang saat ini menaungi 22,000 PAUD di seluruh Indonesia melihat bahwa PAUD adalah ruang belajar gizi yang efektif bagi anak. Diperlukan kolaborasi yang selaras antara orang tua dan guru atau pengajar di sekolah mengenai gizi baik untuk makanan yang harusnya dikonsumsi. Dengan memberi contoh dan membiasakan anak-anak makan makanan bergizi maka kebiasaan ini akan terbawa kemana saja termasuk ketika berada di rumah.


Lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu elemen yang dapat menjadi penghubung antara orang tua dan anak. PAUD yang merupakan rumah kedua bagi anak dapat dijadikan tempat yang tepat untuk menanamkan pemahaman tentang makanan dan minuman yang bergizi kepada anak. Oleh karena itu, diperlukan juga pembekalan dan edukasi gizi kepada guru PAUD yang mungkin saja juga sudah menjadi orang tua di rumah.

 

Guru PAUD Sebagai Media Komunikasi Gizi Antara Anak dan Orang Tua

 

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan mengikuti webinar kesehatan yang diselenggarakan oleh YAICI dan PP Aisyiyah dengan tema “Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga” menghadirkan para narasumber diantaranya Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M. Ag. (Ketua PPA) yang mengingatkan pentingnya literasi dalam kehidupan termasuk literasi gizi yang bermanfaat untuk kehidupan kita. Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, SE., MM yang menjelaskan penelitian yang telah dilakukan YAICI selama ini dan masih menemukan beberapa kasus kesehatan gizi pada anak seperti stunting yang dikarenakan kurang tepatnya asupan makanan yang diberikan kepada anak seperti kental manis yang dijadikan minuman susu yang dikonsumsi oleh anak-anak hingga berdampak buruk bagi kesehatannya.

 




Selain itu ada dr. Cut Nurul Hafifah, Sp. A(K), seorang dokter yang memberikan banyak pengetahuan tentang gizi seimbang yang sebaiknya diberikan setiap hari pada anak-anak. Kemudian Prof. Dr. Ir. Netty Herawati., M. Si., seorang ahli gizi dan praktisi pendidikan PAUD yang mengajak seluruh guru PAUD untuk bersama memberikan informasi gizi yang tepat dan mengajarkan pola makan yang tepat dengan gizi seimbang kepada anak-anak didik.

 

Kami semua diingatkan bahwa kandungan gizi pada makanan dan minuman yang diberikan kepada anak-anak haruslah diperhatikan. Bagaimana protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan lain sebagainya apakah sudah terpenuhi atau belum. Kemudian ketika hendak memberikan susu haruslah yang benar-benar susu. Anak harus minum susu untuk anak. Saya pribadi masih suka menjumpai kalau anak-anak minum kental manis satu gelas penuh dan dianggap sudah minum susu padahal kental manis bukan susu. Kental manis harusnya dikonsumsi sebagai topping makanan atau minuman saja karena kandungan gulanya tinggi. Kebayang kan kalau kental manis diberikan satu gelas penuh setiap hari kepada anak-anak?






Memang menjadi orang tua itu bukanlah hal mudah tapi bukan juga hal yang sulit. Memperkaya diri dengan literasi gizi dan menerapkan pola makan bergizi di rumah yang diberikan kepada anak-anak dan seluruh anggota keluarga terkasih adalah salah satu cara untuk mengurangi permasalahan gizi (kesehatan) pada masyarakat. Peningkatan literasi dan perbaikan gizi masyarakat dalam rangka memperluas jangkauan edukasi gizi untuk masyarakat akan mendorong terwujudnya generasi emas Indonesia tahun 2045. Kolaborasi seluruh masyarakat untuk Indonesia sehat.

 

Semoga dimomen bulan ramadhan ini kita sama-sama meningkatkan literasi soal gizi, bertanya kepada pakar gizi jika dirasa diperlukan, saling berdiskusi dan berbagi agar semuanya sehat. Semangat.

Komentar

Postingan Populer

Follow Me

Instagram : @andini_harsono Facebook : www.facebook.com/andiniharsono Twitter : @andiniharsono Blog lainnya : www.mainjalan.com Email : andiniharsono@gmail.com