Mengenal Tradisi Cap Go Meh di Kalimantan Barat
Pontianak
dan Singkawang, Kalimantan Barat merupakan salah satu tempat di Indonesia yang
masuk ke dalam travel list saya pada tahun 2020 kemarin, tapi apa daya, pandemi
melanda jadilah tertunda *sedih. Namun, saya tidak berhenti mengagumi kota ini
dengan mencari tahu cerita-cerita sejarah dan budayanya. Alhamdulillah, AksaraPangan menghadirkan Acara Seri Gastronomi Indonesia, Cang Nyiat Pan untuk
mengenal lebih dekat budaya Cap Go Meh di Kalimantan Barat. Saya percaya,
makanan yang kita makan memiliki cerita sejarahnya masing-masing yang akhirnya
melahirkan budaya/tradisi yang diwariskan turun temurun hingga saat ini,
termasuk makanan yang disajikan ketika perayaan Cap Go Meh.
Ketika
saya berkunjung ke Penang pada perayaan Imlek awal tahun 2020 lalu, saya dapat
melihat kemeriahan dan kehangatannya dengan ditandai kumpul keluarga untuk
makan bersama-sama. Saya penasaran makanan apa yang mereka makan. Ternyata
banyak sekali jenis makanan yang dihidangkan di atas meja. Waktu itu saya
melihat sebuah keluarga berkumpul di meja bundar dan makan bersama. Makanan yang
dihidangkan di atas meja antara lain ada mie, sayur sawi asin, ikan, udang,
pork, kue-kue bentuk bulat entah apa namanya, dan juga buah-buahan seperti
jeruk dan apel. Ternyata benar saja, perayaan Imlek hingga Cap Go Meh memiliki
makanan khusus yang disajikan sejak dahulu kala.
Yuan
Xiao Jie merupakan nama asal dari Cap Go Meh dirayakan sebagai penutup penyambutan
musim semi (tahun baru Imlek). Bapak Dr. Hasan Karman, SH, MH menjelaskan bahwa perayaan
ini ditandai dengan makan malam bersama keluarga besar kemudian menikmati
keindahan bulan purnama sempurna sambil menonton tarian Naga (Liong) dan Barongsai.
Berkumpul bersama keluarga sambil bermain teka teki atau permainan lainnya.
Makanan yang disantap sejenis makanan khas Yuan Xiao atau Tang Yuan yang
merupakan bagian penting dalam festival tersebut berbentuk bulat seperti
bola-bola kecil dari tepung ketan. Di Indonesia, makanan ini disebut Wedang
Ronde.
Tradisi makan malam bersama keluarga besar sudah dilaksanakan sejak dulu. Seluruh anggota keluarga akan saling tolong menolong dalam bekerja sehingga pada saat perayaan Cap Go Meh akan berkumpul bersama, makan bersama dan masak sendiri di rumah. Setiap keluarga memiliki kekhasan masing-masing tetapi pakem yang dianut akan tersaji 8 jenis hidangan dan ditambah nasi, buah-buahan, cocktail, sehingga total hidangannya ada 10. Menurut Chef Meliana Christanty biasanya ada 8 hidangan utama dan hidangan pendamping, aneka kudapan seperti kue kering, kue basah dan kue-kue lainnya. Buah-buahan seperti jeruk mandarin dan jeruk pamelo serta minuman bersoda atau sesuai selera akan memeriahkan perayaan. Saya jadi terbayang betapa menyenangkannya bisa makan malam bersama seluruh anggota keluarga besar, berkumpul bersama, mendekatkan kembali komunikasi antar anggota keluarga yang selama ini kurang karena mungkin memiliki kesibukan masing-masing.
Sementara
menurut Chef Wira Hardiyansyah tradisi memasak Tionghoa yang sampai sekarang masih
kita adopsi seperti penggunaan wajan, metode memasak dengan cara menumis, serta
bahan pangan berupa tahu yang kita pakai sampai saat ini. Kehadiran kuliner
Tionghoa ini memberi warna bagi kuliner asli Indonesia. Menambah kekayaan
kuliner Nusantara dan tentunya menjadi daya tarik para pelancong. Kota
Pontianak dan Singkawang menjadi salah satu pusat kuliner terkenal hingga
sempat diabadikan ke dalam layar lebar yaitu film Aruna dan Lidahnya. Saya
nonton film itu berulang kali tetap aja ngiler hehe, gimana datang langsung ke
sana ya.
Tradisi Cap Go Meh di Kalimantan Barat memiliki keunikan tersendiri yaitu pada hari ke-12 (H-3), kota Singkawang penuh dengan hiruk pikuk kelompok Tatung yang berkeliling dengan tabuhan yang ramai dengan kepercayaan bahwa para shaman/dukun membersihkan kota dari unsur-unsur negatif dan roh jahat. Ritual ini sudah berlangsung mulut ke mulut sejak abad-18. Pada hari H, seluruh kelompok Tatung keliling kota dan melakukan sembahyang di Kelenteng Tridharma Bumiraya. Nah atraksi ini yang ditunggu-tunggu oleh para tamu dan menjadi daya tarik turis. Setelah pawai keliling kota, ada acara lelang barang-barang yang sebelumnya diletakkan di altar sembahyang kepada Kaisar Langit. Harga 1 barangnya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta. *sumber materi Bapak Dr. Hasan Karman, SH, MH.
Selain itu makanan yang disajikan pada saat perayaan Cap Go Meh juga sekarang menjadi makanan yang diburu para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, seperti Choipan, dan ikan asam pedas.
Aksara Pangan, Seri Gastronomi Indonesia, Cang Nyiat Pan menghadirkan para narasumber yang sungguh memberikan wawasan baru yaitu Chef Wira Hardiyansyah @wirahardiyansyah2.0, Bapak Dr. Hasan Karman, SH, MM @hasankarman_, dan Chef Meliana Christanty @melianachristanty.
Komentar
Posting Komentar