Membangun Kesadaran Gizi Keluarga Sejak Dini
Mustahil
ada inovasi di Indonesia jika tidak ada sumber daya manusia yang unggul – B.J.
Habibie
Ada
2 hal yang berharga dalam dunia ini yang kadang kita lupa untuk mensyukurinya
yaitu waktu dan kesehatan. Seseorang mungkin memiliki banyak waktu tapi kesehatannya
tidak begitu baik, begitu pula sebaliknya, kesibukan bekerja dan berbagai
urusan ini itu sehingga tidak punya waktu untuk diri sendiri dan keluarga
sementara badannya sehat. Jadi sebaiknya kita menyeimbangkan antara waktu dan
memperhatikan kesehatan jasmani serta rohani agar kita dapat mencapai kehidupan
yang berkualitas.
Kesehatan
bisa dicapai salah satunya dengan asupan gizi yang baik yaitu dengan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi baik. Memberikan makanan bergizi
sejak bayi dalam kandungan sangat dianjurkan agar kita lahir generasi emas
pembangun masa depan yang lebih baik. Anak-anak kita sekarang merupakan
tabungan untuk masa depan bangsa. Semakin baik gizi yang diberikan, semakin
berprestasi sehingga dapat melahirkan ide-ide baru untuk membangun bangsa dan
Negara.
Membangun
kesadaran gizi yang baik untuk keluarga sedini mungkin sangat baik untuk
pertumbuhan generasi penerus. Selagi single tidak ada salahnya mulai sadar gizi
sehingga ketika sudah menikah dan menjadi ibu kelak, ia akan memberikan asupan
gizi yang baik untuk keluarganya.
Indonesia masih menghadapi masalah gizi yang lumayan berat salah satunya stunting. 1 dari 3 anak Indonesia (27,72%) mengalami stunting. Tentunya hal ini tidak bisa dianggap sepele. Asupan gizi harus diberikan sejak bayi dalam kandungan. Untuk itulah, pengetahuan seorang ibu tentang gizi keluarga harus diberikan sedini mungkin.
Pandemi
dan Gizi Keluarga
Adanya
pandemi Covid-19 memberikan banyak dampak pada tatanan kehidupan. Banyak hal
yang berubah, seperti sekolah (proses belajar mengajar) tidak lagi di sekolah
melainkan di rumah. Positifnya, anak-anak menjadi lebih dekat dengan orang
tuanya dan orang tua bisa memberikan perhatian penuh kepada anak-anaknya
termasuk makanan yang dikonsumsi.
Keluarga
Kembali menjadi pusat Pendidikan anak. Orang tua adalah pendidik pertama dan
utama. Kesadaran keluarga dan masyarakat dalam membangun ekosistem pendidikan yang
sehat sangat diperlukan. Selain itu, orang tua dan guru menjadi semakin melek digital
karena belajar mengajarnya sekarang melalui online (daring) dengan kata lain, pandemi
mempercepat digitalisasi Pendidikan.
Menurut
dr. Moretta Damayanti, SpA(K), M. Kes, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, waktu makan si kecil merupakan momen kedekatan
antara orang tua dan anak (dalam hal ini ibu). Dimulai sejak pemberian ASI
eksklusif dimana selama 6 bulan bayi hanya menerima ASI saja tanpa asupan lain
termasuk air dan makanan padat, kecuali obat. Kemudian MPASI berupa makanan
padat atau cair yang diberikan selain ASI yang diberikan pada periode penyapihan
di saat ASI saja tidak mencukupi kebutuhan nutrisi untuk tumbuh kembang
optimal. Kemudian ketika anak sudah lebih dari 24 bulan sudah bisa diberikan
makanan keluarga atau makan apa yang orang tua makan. Momen inilah menjadi
waktu kebersamaan yang hangat.
Nah,
masa pandemi ini menjadi kesempatan baik untuk merekatkan kembali kedekatan antar
keluarga dengan makan bersama. Orang tua bisa memberikan gizi yang baik kepada
anak-anak serta memperhatikan mereka belajar.
Tidak
Semua Susu Sama
Gizi
yang baik diberikan sedini mungkin adalah sumber makanan lengkap seperti
karbohidrat, protein, lemak, sayur dan buah. Sebaiknya, dalam 1 porsi makan
anak ada kandungan lengkap karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu bisa
ditambahkan dengan susu yang memiliki kandungan nutrisi karbohidrat, protein
dan lemak yang baik sebagai sumber energi, zat pembangun tubuh dan kekebalan
tubuh. Terdapat vitamin dan mineral terutama kalsium yang berguna untuk proses metabolisme
dan mineralisasi tulang.
Lalu
sebaiknya memilih susu seperti apa?
Susu
formula adalah susu yang telah difortifikasi atau ditambahkan berbagai
nutrient/zat gizi sesuai dengan aturan dunia/nasional (BPOM) yang sesuai dengan
kandungan ASI. Susu formula pun diberikan sesuai usianya, formula awal 0-6
bulan, formula lanjutan 6-12 bulan dimana memerlukan saran medis, peresepan,
dan pemantauan oleh dokter. Selanjutnya formula pertumbuhan, 1-3 tahun, dan
formula anak 1-10 tahun yang juga memerlukan saran medis dan pemantauan dokter.
Namun,
masih banyak orang tua yang memberikan susu yang bukan susu kepada anak-anaknya
yaitu susu kental manis (SKM) atau kental manis (KKM). Kurangnya informasi
terkait nilai gizinya serta keterbatasan ekonomi membuat mereka memilih
memberikan kental manis untuk balita atau anak-anak. Kandungan gula yang tinggi
pada kental manis sangat membahayakan tumbuh kembang anak. Stunting atau
obesitas serta diabetes menjadi dampak kesehatan yang terjadi apabila balita
diberikan minuman dengan kandungan gula tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya
orang tua mencari informasi sebanyak-banyaknya dari ahlinya (dokter atau tenaga
medis) serta berbagai literasi yang saat ini sangat mudah didapatkan melalui
digital mengenai gizi yang baik untuk anak-anak.
Sejujurnya
saya sangat prihatin kalau hingga saat ini masih ada orang tua yang memberikan
kental manis sebagai minuman susu untuk anak-anaknya. Alasannya karena harganya
murah dan mudah didapatkan di warung dekat rumahnya, tanpa memperhatikan dampak
kesehatan masa depan si anak. Hal ini menjadi catatan penting bagi saya untuk bisa
mempersiapkan gizi keluarga sejak dini alias sejak saya masih single, sehingga ketika
waktunya tiba nanti, saya sudah siap memberikan gizi yang terbaik untuk
keluarga.
Borgata Hotel Casino & Spa - MapYRO
BalasHapusWith more than 3,700 구리 출장안마 rooms and 오산 출장마사지 suites, Borgata Hotel Casino & Spa has 제천 출장안마 more than 4,300 luxurious 부천 출장샵 rooms and suites offering top-notch service and 김천 출장마사지