Persiapan Jadi Ibu Untuk Generasi Emas 2045
Design by Canva |
Walaupun belum jadi Ibu, saya merasa sudah saatnya memperkaya diri dengan pengetahuan tentang bagaimana sih menjadi orang tua (Ibu)? Gak gampang dan gak susah, semua ada ilmunya yang bisa dipelajari. Apalagi jaman now yang semua bisa serba dicari. Tinggal buka Google, apa yang Anda butuhkan ada di sana. Duit ada gak ya? *eh
Kita semua masih harus berjuang untuk melawan pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda apalagi hilang. Banyak hal yang masih bisa kita lakukan di rumah aja atau di luar rumah tapi tetap menerapkan protokol kesehatan. Salah satunya dengan mengikuti webinar. Saya kemarin mengikuti webinar kesehatan tentang “Mencetak Ibu Milenial Pembangun Generasi Emas 2045 di Era Pandemi Covid-19”. Webinar ini berisi tentang informasi gizi yang harus diberikan pada anak sejak dalam kandungan, dan sebagai orang tua jangan sampai mengabaikan 1000 hari pertama masa hidupnya. Karena 1000 hari pertama masa hidup seseorang merupakan masa emas yang menentukan masa depannya. Maka sebagai orang tua yang baik, kita wajib memberikan nutrisi yang terbaik juga bagi mereka.
Kesuksesan anak merupakan tanggungjawab orang tua, bukan hanya Ibu saja tapi peran Bapak penting bagi tumbuh kembang mereka. Ibu Hj. Khofifah Indar Parawansa menjelaskan bahwa tugas Bapak selain mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga, Bapak mempunyai tugas untuk mendidik anaknya dengan cara memberi contoh yang baik untuk mereka. Jadi peran Bapak tidak kalah penting dari Ibu dalam hal membesarkan anak-anak.
Asupan Gizi Seimbang Untuk Anak
Sejak 1000 hari pertama hidupnya, anak memiliki hak untuk diberikan alat penunjang kesehatan yaitu berupa makanan bergizi. Sehat merupakan hak anak yang harus dipenuhi orang tuanya. Kalau anak sakit, banyak orang tua yang rela menggantikan posisi sakitnya karena tidak tega melihat mereka merintih kesakitan. Untuk itu sebagai orang tua yang baik, mencegah daripada mengobati adalah hal yang harus dilakukan.
Kenali Stunting Dengan Baik Doc. sardjito.co.id |
Perhatikan konsumsi gula, garam dan lemak sedini mungkin akan mempengaruhi tumbuh kembang mereka. Bahkan untuk menentukan masa depan mereka. Contohnya stunting. 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting berdasarkan data WHO. Penyebab stunting adalah kurangnya gizi pada mereka sejak dalam kandungan. Asupan protein yang masuk tubuh tidak sesuai atau kurang dalam proporsi total asupan kalori. Kurang gizi yang terjadi dalam waktu lama. Agar tidak terjadinya stunting, maka seorang calon Ibu harus membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak.
Edukasi Tentang Gizi Anak
Hal penting selanjutnya adalah seorang calon Ibu harus membekali dirinya dengan pengetahuan tentang gizi pada anak. Informasi ini bisa didapatkan dari banyak sumber seperti konsultasi langsung kepada dokter atau tenaga kesehatan, dari orang tua, dari saudara/sahabat/tetangga yang sudah lebih dulu menjadi orang tua, dari internet, dari forum atau komunitas kesehatan. Tentunya harus disikapi dengan bijak segala informasi yang didapatkan tanpa mengurangi niat baik memberikan gizi terbaik untuk anak-anak.
Budayakan membaca dengan teliti ketika mendapat informasi tersebut. Saya pernah mendengar konon banyak calon Ibu yang tidak membaca dengan detail isi buku KIA padahal ini penting banget. Banyak dari kita juga yang enggan membaca label pada makanan dan minuman kemasan padahal kita sering mengkonsumsinya bahkan setiap hari. Seperti label pada kental manis.
Dulu sering sekali disebut sebagai Susu Kental Manis (SKM), kata susu ini dianggap bahwa SKM merupakan minuman susu dan boleh diberikan pada anak-anak. Nyatanya, SKM bukan susu karena kandungan gulanya yang tinggi. Bayangkan, jika SKM diseduh dalam satu gelas penuh dan diminum sebagai minuman susu, sama saja kita meminum gula. Nah, hal seperti ini yang harus kita sikapi dengan bijak. Harapannya tidak ada lagi orang tua yang memberikan SKM kepada anak-anaknya sebagai minuman susu.
Webinar yang diselenggarakan oleh YAICI dan PP Muslimat NU Doc. sahabatyaici |
Disampaikan oleh DR. dr. TB. Rachmat Sentika, Sp. A (k) MARS, dokter spesialis tumbuh kembang anak bahwa masih banyak pihak yang menganggap bahwa SKM aman dikonsumsi sebagai minuman susu. Bahkan masih ditemukan di dalam bantuan sosial dalam masa pandemi ini ada SKM-nya. Padahal SKM merupakan minuman pengganti gula dan untuk topping makanan. Nah, diharapkan tidak ada lagi yang memberikan SKM ke dalam paket bantuan.
Ibu Milenial Cenderung Tidak Mau Repot
Banyaknya pilihan makanan cepat saji dan kekinian membuat tidak sedikit Ibu Milenial tidak mau repot membuat makanan sendiri untuk keluarganya. Apalagi mereka yang sibuk bekerja dan masih kesulitan atur waktunya. Hal ini yang sebaiknya harus dihindari untuk para Ibu. Tidak salah menikmati makanan cepat saji tapi harus dibatasi jumlah dan kuantitasnya. Biar bagaimanapun, makanan yang diolah sendiri di rumah lebih terjamin kandungan gizinya.
Makanan yang terbaik adalah ketika matang langsung dikonsumsi, tidak dihangatkan atau disimpan dalam kulkas. Perlu diperhatikan juga masa kadaluarsa pangan yang bisa disimpan di kulkas. Masakan fresh merupakan makanan terbaik untuk anak-anak. Jadi lebih baik masak secukupnya tapi langsung habis daripada masak banyak tapi dihangatkan.
Selain itu makanan pendamping ASI juga harus diperhatikan. Seperti yang kita ketahui, ASI eksklusif baiknya diberikan selama 6 bulan usia bayi, setelahnya bisa diberikan makanan pendamping.
Jangan beri makanan pendamping bayi yang mengandung gula tinggi – dr. Ranti Hannah, S.p (A), IBCLC, spesialis anak dan konsultan laktasi. MPASI harus sesuai dengan kaidah gizi yang dibutuhkan oleh anak berusia 6 bulan ke atas yaitu mencakup karbohidrat, protein, dan lemak tidak ada gula di dalamnya. Upayakan tidak memberikan kental manis untuk MPASI karena kandungan gula yang tinggi.
Semoga kita bisa senantiasa memberikan yang terbaik untuk anak-anak termasuk gizi yang seimbang. Salam sehat :)
Komentar
Posting Komentar