Puisi Menolak Korupsi 52 : Malang Masih Ada
Di Sini Ada Luka - Rama Dinta Doc : Andini Harsono |
Tepat
pukul 15.15 WIB keretaku, Matarmaja berangkat dari Stasiun Pasar Senen. Sumpah,
ini pengalaman pertamaku naik kereta ekonomi jarak jauh selama 16 jam 36 menit.
Biasanya hanya jarak Semarang-Jakarta atau Jogja-Jakarta. Sejak awal masuk
gerbong, saya berdoa, semoga saya tabah menjalani perjalanan selama itu.
Malang
menyambut saya dan Buncha (teman seperjalanan kali ini) dengan cuaca cerah
berawan. Ternyata sudah hampir 5 tahun saya tidak main jalan ke kota apel ini.
Tujuan kami ke Malang selain untuk refreshing yaitu mengikuti Puisi Menolak
Korupsi (PMK) yang ke-52.
Sudah
lama sekali saya tidak berpuisi. Menulis puisi iya, tapi membacakannya?
Sepertinya sudah hampir lupa dalam ingatan kapan terakhir saya baca puisi.
Kerinduan akan menyairkannya kembali menyeruak sepanjang perjalanan. Oh, I’m so
excited. Meskipun dengan nada yang tidak karuan, akhirnya saya bisa baca puisi
di panggung PMK.
Puisi
Menolak Korupsi Sudah Diselenggarakan Sebanyak 52 Kali Selama 5 Tahun
Buncha
sering cerita tentang adanya komunitas ini, bahkan Buncha pernah mengajakku
turut serta ke Banyuwangi dan Jember saat PMK roadshow ke sana. Namun, rezekinya baru sekarang, ketika PMK
diselenggarakan di Malang. Seakan gayung bersambut, rencanaku untuk main jalan
lagi ke Malang terwujud dikasih bonus baca puisi dan tambah saudara dalam
komunitas Laskar PMK. Alhamdulillah.
Laskar
Puisi Menolak Korupsi (PMK) adalah komunitas penyair dari berbagai kota
se-Indonesia yang memiliki tujuan sama untuk turut berkontribusi kepada bangsa
dalam hal pembangunan manusia. Melalui puisi-puisi karyanya, mereka menyuarakan
kepedihan, kesedihan, kesakitan terhadap kondisi Negara yang kian hari
digerogoti koruptor. Mereka juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk
kembali bangkit dari keterpurukan akibat ulah koruptor.
Seperti
telah diatur Tuhan, roadshow PMK kali
ini bertepatan dengan Malang yang sedang berduka akibat para petingginya korup.
Tapi Malang masih ada dan tetap ada, begitulah Laskar PMK menyemangati
masyarakat Malang.
Hari
pertama kegiatan diisi dengan diskusi yang bertajuk “Malang Raya Darurat
Korupsi?”. Diskusi dihadiri oleh jajaran kepolisian (Kapolresta Malang),
jajaran Kodim, jajaran Kejaksaan, Dinas Pendidikan, tokoh masyarakat,
mahasiswa, kalangan industri dan anggota Laskar PMK.
Aji Widjarnako - Koordinator PMK Wilayah Malang Doc : Andini Harsono |
“Diskusi
ini memberikan edukasi tentang perilaku korupsi tanpa menghujat sebuah nama
atau institusi.” jelas Koordinator Wilayah Malang, Abi Widjarnako membuka
diskusi.
Pendekatan
isu korupsi melalui pentas budaya dirasa sangat efektif. Indonesia kental
dengan budaya yang diajarkan secara turun temurun. Nah, apabila saat ini
korupsi sudah menjadi sebuah budaya, tugas kita membudayakan kejujuran lebih
besar daripada korupsi. Generasi penerus bangsa masih bisa diselamatkan dengan
budaya kejujuran yang kita dekatkan kepada anak-anak kita. Sederhananya seperti
itu.
Melalui
puisi, lagu, atau pentas budaya lainnya, saya rasa ini kegiatan sangat baik
dalam mendekatkan isu tolak korupsi di depan anak-anak kita. Jangan pernah
menerima yang bukan hak kita, kalimat sederhana apabila terus didengungkan di
telinga mereka, saya yakin, korupsi tidak akan terjadi. Terlepas dari urusan
keimanan atau keyakinan, korupsi adalah persoalan kemanusiaan yang harus
dituntaskan.
Sosiawan Leak - Ketua PMK Doc : Andini Harsono |
Wawasan
saya semakin terbuka bahwa di daerah lebih terlihat dampak dari korupsi.
Mungkin kalau di kota-kota besar seperti Jakarta, mereka kebanyakan sudah tidak
peduli karena alasan kesibukan. Tapi di desa? Dimana mereka sangat memerlukan
bantuan pendidikan yang mungkin tidak akan pernah sampai ke tangan mereka
karena dikorup. Miris bukan?
Setelah
berdiskusi serius, hari kedua PMK diisi oleh pentas seni baca puisi. Ini yang
saya tunggu. Mendengarkan mereka para penyair membacakan puisi-puisinya, wow
merinding. Ungkapan hati sejujur-jujurnya memang melalui puisi.
Doc : Panitia PMK |
Doc : Panitia PMK |
Doc : Panitia PMK |
Saya
pun dapat bagian membacakan puisi berjudul “Pupus” karya Alma. Puisi ini
menceritakan tentang harapan seorang anak kecil yang ingin melanjutkan sekolah
dan dia telah mendengar kabar bahwa pemerintah akan membantunya untuk bisa
sekolah lagi, tapi tidak pernah terwujud. Khayalan saya menerawang. Anak
berusia 8 tahun, pekerjaan bapaknya semir sepatu, ibunya memulung sampah dan
mereka tinggal di rumah kardus. Harapannya ingin sekolah karena pemerintah
menjamin biaya pendidikan bagi yang tak punya. Namun apa daya? Seakan petinggi
di kotanya lupa akan kewajibannya.
Wonderful Indonesia Doc : Andini Harsono |
Wonderful Indonesia Doc : Andini Harsono |
Panggung
Puisi Menolak Korupsi ditutup oleh puisi Di sini Ada Luka kolaborasi
spontanitas antara Rama Dinta, Wage Tegoeh Wijono, Bontot Sukandar, dan Barlean
Aji. Puisi ini dibawakan dalam kegelapan dan mereka menghidupkan lilin sebagai
sumber cahaya yang berarti harapan itu harus tetap ada meskipun ada luka.
Puisi Penutup PMK 52 Doc : Andini Harsono |
Acara
yang berlangsung selama 2 hari bertempat di Pendopo Kabupaten Malang ini
memberikan banyak pelajaran bagi saya. Ternyata masih banyak yang peduli
terhadap masalah bangsa yaitu korupsi. Seakan menabur garam di tengah lautan,
tapi tidak ada salahnya kita saling mengingatkan agar lautan tidak
menenggelamkan kita.
Lebih
dari itu, saya kembali merasakan rasa persaudaraan yang begitu kuat diantara
anggota Laskar PMK. Berbagi kasih tidak harus mewah, berbagi kasih bisa
dilakukan dengan sederhana, sesederhana makan urap, tempe goreng dan sambal
pete di atas piring bambu pagi hari di rumah mepet sawah. Maturnuwun Mas, Mbak
Laskar PMK, maturnuwun Gusti atas kebahagiaan ini.
Satu
hati, tolak korupsi!
Satu Hati, Tolak Korupsi! Puisi Menolak Korupsi Doc : Panitia PMK |
Komentar
Posting Komentar