Akhir Pekan Seru di Banten Lama

Bagian tengah Keraton Kanoman, Banten Lama
Doc : Andini Harsono


Entah mengapa sejak 2 bulan belakangan ini, saya ingin sekali menghabiskan waktu akhir pekan di Banten Lama. Sampai-sampai saya mengatakan hal ini ke beberapa kawan dan juga sepupu saya yang hobinya “ngulik tempat-tempat bersejarah.

Seakan alam tahu apa keinginan hati dengan keberuntungan saya bergabung dalam kegiatan “Pesona Cagar Budaya Indonesia, Banten Lama.” yang diselenggarakan oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Ya, tanggal 12-14 Oktober 2018 lalu saya explore Banten Lama.

Meskipun bukan kali pertama saya datang ke sini namun pesona Banten Lama tetap mencuri perhatian. Apa sih yang membuat saya ingin datang lagi ke Banten Lama? Cerita sejarah yang menjadi cagar budaya di tempat ini sungguh mengesankan. Banten dulunya sempat berjaya mengusai ekonomi nusantara dengan hasil rempah-rempah yang melimpah. Para pedagang dari India, Malaysia, Vietnam hingga Cina berbondong-bondong merapat di Pelabuhan Karangantu, Banten. Hingga pada akhirnya Belanda datang.

Gejolak perebutan kekuasaan dimulai saat kapal dagang Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman merapat di Banten. Kekuasaan Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa mulai goyang. Belum lagi perang saudara terjadi karena adanya pengaruh Belanda yang berhasil merebut hati Sultan Haji anak dari Sultan Ageng Tirtayasa untuk menguasai Kesultanan Banten. Akhirnya Kesultanan Banten terpecah.

Belanda membumihanguskan Keraton Surosowan setelah Sultan Banten menolak permintaan Daendeles untuk memindahkan ibukota ke Anyer. Saat itulah Kesultanan Banten dihapuskan.

Akhir pekan saya dan teman-teman Pesona Cagar Budaya Indonesia menjadi mengesankan karena kami kembali menjejaki tempat-tempat bersejarah dengan seribu cerita misteri didalamnya.

Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten

Reruntuhan Keraton Surosowan menjadi lokasi cantik untuk dikunjungi. Sisa-sisa kegagahan Banten Lama masih terlihat di sini. Keraton yang berdesain benteng ini berada dekat dengan Masjid Agung Banten yang terdapat pula makam Sultan Maulana Hasanudin dan keluarga Kesultanan Banten lainnya.

Pada bagian depan Keraton Surosowan, Banten Lama
Doc : Andini Harsono

Tapi kalian harus bersabar kalau datang ke Masjid Agung pada hari minggu karena banyak orang datang berziarah dan ibadah di masjid ini. Masjid Agung saat ini sedang dilakukan pembangunan perluasan bagian masjid. Namun, saya menyayangkan hal ini. Dibuat desain layaknya di Mekkah dengan payung-payung raksasa menjadikan Masjid ini hilang ke-authentic-annya.

Keraton Surosowan menyisakan bangunan pondasi berbentuk persegi panjang, persegi yang masih bisa dilihat. Diperkiraan dulunya itu adalah bagian ruang tamu, ruang tengah, kamar dan dapur. Layaknya rumah, keraton ini memiliki banyak ruangan dengan fungsi yang berbeda. Terlihat juga saluran air dan adanya kolam besar dengan air berwarna hijau. Kolam ini disebut Balekambang Roro Denok. Dulunya tempat pemandian para putri dan sekarang kolam ini dipercaya dapat mendatangkan rejeki berupa jodoh bagi yang belum berjodoh. Hayo siapa yang sedang cari jodoh? Dengan mandi di sini, katanya bisa cepet ketemu jodoh lho..

Kolam Roro Denok
Doc : Andini Harsono


Di sisi lain, ilalang-ilalang cantik menjadikan lokasi ini indah untuk foto-foto. Kalau kata anak jaman now, instagramable banget sis. Gak percaya? Ini saya kasih foto-fotonya.

Padang Ilalang di Keraton Surosowan
Model : Teh Nita Sellya
Doc : Andini Harsono

Model : Syahril
Doc : Andini Harsono

Untuk masuk ke Keraton Surosowan kalian tidak perlu membayar retribusi. Tapi tolonglah tolong, jangan merusak bangunan yang sudah tinggal reruntuhan ini. Foto-foto puas silakan, tapi tetap jaga kebersihan yaa sis.

Keraton Kaibon

Keraton yang dibangun diperuntukkan Ibunda Sultan Maulana Hasanudin masih lebih jelas keutuhannya. Memang tidak seluas Keraton Surosowan tapi sebagian bangunannya masih tegak berdiri seperti bangunan masjid, pintu masuk, tembok kamar dan beberapa ruangan lainnya.

Bangunan di belakang saya ini adalah masjid pada area Keraton Lain
Doc : Andini Harsono


Dengan sinar matahari diantara bangunan kokoh ini menjadikan Keraton Kaibon lokasi paling instagramable di Banten Lama (menurut saya sih *lol).

Saya berdiri di depan pintu masuk utama Keraton Mainin. Instagramable banget kan 😊
Doc : Andini yang motoin Teh Nita


Keraton Kaibon saat ini masih sering digunakan untuk acara-acara kesenian daerah Banten. Pertunjukkan debus masih sering dilaksanakan di sini. Sayangnya, oh sunggu sayang, banyak tangan-tangan jahil yang mencoret-coret bagian dinding keraton.

Benteng Speelwijk dan Vihara Avalokitesvara

Benteng yang dibangun untuk memberikan apresiasi kepada Cornelis Jansz Speelman, Jenderal Belanda pertama yang memimpin di Banten ini dindingnya masih berdiri kokoh. Layaknya benteng pertahanan, terdapat menara pandang, ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang dan senjata, tidak jauh juga ada makam, dan castile altar tempat ibadah mereka.

Dinding bagian belakang Benteng Spelwijk
Doc : Andini Harsono


Seberang Benteng Speelwijk terdapat sebuah vihara bernama Vihara Avalokitesvara. Vihara yang dibangun oleh Sunan Gunung Jati sebagai hadiah untuk Puteri Ong Tien yang dinikahinya ini masih aktif digunakan. Terdapat 16 dewa dengan 1 altar utama di sini. Saya paling suka masuk ke vihara. Mungkin karena mengingatkan saya bahwa saya berada di bumi dengan berbagai elemen kehidupan.

Depan Vihara Avalokitesvara
Doc : Andini Harsono

Kalau mau berkunjung ke vihara ini silakan tapi jangan lupa memberikan toleransi bagi mereka yang ingin dan sedang beribadah di sini ya.

Batik Banten

Nah satu lagi yang menarik hati adalah berkunjung dan mencoba mewarnai kain batik di Batik Banten. Sangat bangga memang kalau sudah membahas soal kain Indonesia. Apalagi saya pernah memamerkan kain batik Indonesia di ajang pameran dunia.

Koleksi Batik Banten
Doc : Andini Harsono


Batik Banten memiliki lebih dari 90 motif yang diambil dari filosofi sejarah. Batik Banten merupakan produk yang berasal dari pemanfaatan cagar budaya. Temuan arkeologis berbentuk tembikar atau kereweng yang ditemukan di kawasan Banten Lama diambil motifnya sebagai inspirasi motif kain batik.

Sedang memproses batik cap
Doc : Andini Harsono


Berkunjung ke suatu daerah memang paling menarik berbincang tentang kearifan lokalnya. Proses membatik pastinya panjang dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Batik Indonesia sudah mendunia dan Batik Banten semakin memperkaya budaya Indonesia.

Hasil batik yang saya warnai
Doc : Andini Harsono


Serunya mewarnai batik
Doc : Andini Harsono


Akhir pekan di Serang, Banten Lama memberikan warna berbeda bagi kami. Kalian juga bisa merasakan apa yang kami rasakan. Berwisata sejarah dan budaya bisa menjadi alternatif Anda yang ingin mengajak keluarga jalan-jalan terutama anak-anak. Kenalkan mereka dengan sejarah dan budaya agar tetap lestari.

Dengan berkunjung ke museum atau tempat-tempat cagar budaya lainnya merupakan salah satu kontribusi nyata untuk melestarikan budaya Indonesia. Berfoto, upload di media sosial dan berbagi cerita sudah termasuk mempromosikan rumah kita. Harapannya, hal ini dapat mendatangkan manfaat positif diberbagai sektor. Jadi jangan ragu untuk melakukan perjalanan ke Banten Lama untuk mengisi akhir pekan.

Kami yang berbahagia. Semoga bisa bertemu pada perjalanan Pesona Cagar Budaya Indonesia berikutnya 😊
Doc : Helga



Komentar

  1. Cagar budaya di Banten Lama sungguh mengesankan. Makasih sdh berbagi kisahnya, kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengesankan banget Kak. Sama2 semoga bisa menginspirasi 😊

      Hapus
  2. Sudah lama engga ke Banten ..pengen jg melihat langsung nih cagar budaya..kurang keespose sepertinya ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa masih banyak yang belum tahu kalo Banten itu indah 😊

      Hapus
  3. Terakhir ke museum pas di ambarawa pas mudik. Jadi kangen mengitari museum dan melihat koleksi leluhur dan sejarahnya 😊

    BalasHapus
  4. Seru perjalanannya. Banyak sejarah baru yang bisa saya dapat. Kapan2 ke Banten jangan ke Sawarna Baduy atau Krakatau saja ya. Tapi tengok juga sejarah nya

    BalasHapus
  5. Itu dirimu ngewarnain batik itu sampe berapa lama Mbak? Cantik ih hasilnya! Eh iya, saya juga suka lo Mbak jalan-jalan ke vihara. Gegara dulu sempat tinggal di Batam dan kena desk liputan budaya China juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak sampai setengah jam Mba ngewarnainnya soalnya tinggal polres-poles aja hehe.. iyaa aku juga suka ke Vihara, bikin adem 😊

      Hapus

  6. Ibarat pepatah yang mengatakan, katakanlah keinginanmu, dan semesta akan membantu mewujudkannya. Yaitulah yg terjadi sama bibi ya... Ngidam pengen ke sana dan diberi jalan.. Pdahal awalnya niat mau trip sendiri.. Tapi takdir bilangnya lain...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer

Follow Me

Instagram : @andini_harsono Facebook : www.facebook.com/andiniharsono Twitter : @andiniharsono Blog lainnya : www.mainjalan.com Email : andiniharsono@gmail.com