Obat TB Gratis : Masih Enggan Berobat?
Obat TB Gratis (dok. Andini Harsono) |
Obat
TB Gratis dijamin oleh pemerintah di seluruh Indonesia. Kampanye TOSS TB
(Temukan, Obati, Sampai Sembuh Tuberkulosis) dilaksanakan agar masyarakat
mengetahui bahwa pemerintah menjamin obat TB itu gratis sampai sembuh. Melalui
program DOTS yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, pasien TB menjalani
pengobatan secara gratis sampai sembuh total. Asalkan pasien tertib minum obat.
Apabila
Anda mengalami gejala-gejala TB seperti batuk, demam meriang, berkeringat tanpa
sebab terutama pada sore-malam hari, nafsu makan menurun, berat badan menurut
dan nyeri pada bagian dada, segera periksakan diri Anda ke Puskesmas terdekat.
Untuk
mendapatkan obat TB gratis, pasien yang
dinyatakan positif TB akan didaftarkan pada program DOTS dan mendapat
serangkaian pengobatan hingga sembuh. Setidaknya pasien TB memerlukan waktu 6
bulan minum obat rutin agar TB bisa sembuh. Bagi pasien yang resisten terhadap,
memerlukan waktu hingga 24 bulan agar sembuh total.
TB
bisa menyerang siapa saja, terutama usia produktif atau masih aktif bekerja
yaitu sekitar 15-50 tahun bahkan anak-anak. Penyakit TB disebabkan oleh kuman
TB yang menyerang paru, kemudian menjalar ke anggota tubuh lain hingga ke otak.
TB bisa menular langsung dan dapat menyebabkan kematian bila tidak diobati
segera.
“Obat TB itu gratis. Pasien yang terdianogsa TB langsung
ditangani dengan obat gratis dari pemerintah sampai sembuh. Ini berlaku di
seluruh Indonesia.” tegas Dr. Anung Sugihantono, M. Kes, Dirjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI.
Dr. Anung Sugihantono, M.Kes (dok. Andini Harsono) |
Masalah
yang timbul sekarang adalah bagaimana kita sama-sama menemukan TB. Karena kebanyakan
pasien TB enggan untuk berobat. Stigma negatif yang masih beredar dimasyarakat
tentang TB menjadi alasan mereka tidak mau berobat. Tentunya masih ada juga
yang tidak terinfo bahwa obat TB gratis. Mahalnya biaya berobat TB membuat
mereka enggan periksa dan menjalani pengobatan.
“Rata-rata
pasien TB enggan berobat karena malu. Seakan TB itu penyakit kutukan yang sulit
disembuhkan. Mindset semacam ini yang
perlu kita ubah dan kita edukasi.” tutur dr. Pandu Riyono, pakar kesehatan
masyarakat UI dan jejaring riset TB Indonesia.
dr. Pandu Riyono (dok. Andini Harsono) |
Apabila
pasien TB tidak berobat secara tuntas akan menyebabkan resistan terhadap obat. Akibatnya
penyakitnya tidak sembuh dan dapat menular ke orang lain. Penyakitnya bisa
bertambah parah hingga menyebabkan kematian, dan pasien harus menjalani
pengobatan selama 24 bulan.
Pemerintah
memiliki 3 tantangan yaitu menemukan TB, mengobatinya sampai tuntas dan
bagaimana mencegah agar tidak menular.
Diharapkan
dengan semakin banyak masyarakat yang tahu bahwa obat TB gratis, maka mereka
memiliki kesadaran untuk memeriksakan diri dan rutin minum obat. Manfaatnya tentunya
kembali kepada pasien TB itu sendiri. Penularan TB sangat cepat sekali terutama
kepada mereka yang berada di lingkungan pasien TB.
Bagaimana cara mencegah penularan TB?
Pasien
TB minum obat TB secara lengkap dan teratur sampai sembuh
Pasien
TB harus menutup mulutnya pada waktu bersin dan batuk.
Tidak
membuang dahak di sembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat khusus dan
tertutup.
Menjalankan
perilaku hidup sehat dan bersih seperti menjemur alat tidur, membuka jendela
dan pintu pada pagi hari agar udara dan sinar matahari masuk, makan makanan
bergizi, tidak merokok dan minum alkohol, dan olahraga lah dengan teratur.
Apa yang harus dilakukan ketika Anda
batuk?
Gunakan
masker.
Tutup
hidung dan mulut Anda dengan menggunakan lengan Anda.
Tutup
hidung dan mulut Anda dengan tisu atau saputangan.
Segera
buang tisu yang telah dipakai.
Cuci
tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Obat TB Gratis dan Stigma Masyarakat
Terhadap TB
Kini
pasien TB cukup bernafas lega karena obat TB gratis hingga sembuh. Memang banyak
banget cobaannya. Selain minum obat harus teratur, efek samping dari obat
tersebut yang menyiksa. Bukan hanya itu, pendapat masyarakat terhadap penyakit
ini sungguh menyedihkan. Mereka menganggap penyakit ini adalah penyakit kutukan
yang tidak bisa disembuhkan. Lalu karena bisa menular, maka mereka memilih
mengucilkan pasien TB atau tidak berani mendekat.
Diakui
oleh Edi Junaedi, mantan pasien TB Soro (TB dengan sensitif obat dan resistan
obat) bahwa menjalani pengobatan itu sangat sulit. Beliau harus kehilangan
pekerjaannya hingga terjadi keributan pada keluarganya. Ditengah menjalani
pengobatan, beliau harus kehilangan istri tercintanya dan menjadi orang tua
tunggal. Pak Edi sempat putus asa hal ini menjadikannya TB Soro. Namun, karena
tekad ingin sembuh, Pak Edi menjalani pengobatan rutin selama 21 bulan dan
akhirnya dinyatakan sembuh total.
Edi Junaedi (dok. Andini Harsono) |
Ternyata
dengan obat TB gratis saja tidak
cukup menyembuhkan masyarakat yang terkena TB. Dukungan secara moral dari
keluarga dan lingkungan sekitarnya sangat penting. Menjalani pengobatan TB
secara rutin dan benar membuatnya perlu semangat ekstra.
Mulai saat ini, jangan lagi mengucilkan pasien TB. Mari
sama-sama temukan TB, obatin hingga sembuh dan cegah agar tidak menular. Lebih baik
mencegah daripada mengobati bukan?
Gunakan Masker #TOSSTB |
Siap dukung gerakan TOSS TB
BalasHapus