Menunggu Untuk Bertemu
Menunggu Untuk Bertemu (dok. Andini Harsono) |
Jingga
langit mengantarkan pertemuanku denganmu sore ini. Ada hal lain yang tak biasa
kurasakan saat kau menatap lekat mataku, dihadapanku. Gurat-gurat senyummu
menyapaku sejak awal pertemuan kita. Hey, tahukah kamu, aku mulai gelisah.
Senyummu
seakan menjadi candu yang mengusik kegelisahanku. Senyummu mengundang segudang
rindu saat sekian waktu tak bertemu. Oh Tuhan, tanpa kusadari, sering
kuberharap Engkau memberikanku kesempatan untuk bisa bertemu dengannya lagi,
menatap indah matanya, menikmati hangat senyumnya, Oh Tuhan semoga pertemuan
ini bukan pertemuan terakhir.
“Hai.
Sudah lama menunggu?” sapanya
Aku
tercengang mendapatinya tiba-tiba ada di hadapanku. Kunikmati lebih dulu
senyumnya seperti sinar matahari yang datang setelah hujan seharian. Kuamati lebih
dulu raut mukanya yang memancarkan ketulusan. Aah Tuan, andai aku mampu
menerjemahkan rasaku saat ini ketika aku bertemu denganmu, maka aku tidak tahu
selebar apa kertas yang mampu menguraikannya.
“Hmm
gak kok, baru sekitar 30 menit saja. Mau minum apa?” jawabku tenang
menyembunyikan gemuruh di dada.
Kami
berdua saling menatap. Dia mulai membahas rencana pekerjaan yang akan dia
tawarkan untuk dikerjakan bersama. Sementara aku selalu menunggu saat duduk
berhadapan dengannya dan saling bicara. Bukan di mulut saja, melainkan matapun
turut bicara. Kata orang, bahasa mata adalah sejujur-jujurnya kejujuran.
Entah
sejak kapan aku mulai merindukannya. Entah sejak kapan aku mulai menunggu
pertemuanku dengannya. Dan entah sejak kapan aku mulai berdoa semoga Tuhan
memberikan kesempatan kepadaku untuk kembali bertemu dengannya.
“Jadi
aku berharap, kamu mau membantuku dalam project
ini.” ucapnya tenang.
“Iya.
Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik ya. Hehe.” jawabku santai.
Tuan,
seandainya kamu tahu, aku selalu menunggu saat-saat bertemu denganmu. Meskipun yang
dibahas bukan tentang kita, meskipun kamu selalu membicarakan hal-hal lain yang
bukan tentang kita, tapi aku selalu berharap waktu tidak akan mengakhiri
pertemuanku denganmu.
Malam
mulai membungkus waktu. Seperti biasa, aku sudah mulai resah karena itu
tandanya pertemuanku denganmu akan segera berakhir.
“Sampai
ketemu minggu depan ya. Nanti aku kabari hari dan dimananya ya. Daah..”
Mataku
seakan tidak mau melewatkan setiap detik indah wajahmu, maka aku terus
memandangimu.
“Ohya,
thanks ya sudah mau bertemu denganku
hari ini, sudah mau meluangkan waktu dan sudah mau membantuku. Terima kasih ya.”
tiba-tiba dia balik badan setelah selangkah meninggalkanku.
Terima
kasih kembali untuk selalu bersedia bercerita denganku. Aku selalu menunggu
saat-saat bertemu denganmu kembali. Tapi apakah kamu juga melakukan hal yang
sama?
“Maaf
lama nunggu, Neng.” sapa driver Gojek
memecah lamunanku.
wah, luar biasa..
BalasHapusgizi susu kental manis