Kabar Tentang Haul 113 Tahun Wafatnya R.A Kartini
"Beliau tidak hanya sebatas pahlawan emansipasi. Tetap pemikiran, cita cita dan perjuangannya terbukti menjadi sumber inspirasi para pemuda pergerakan waktu itu. Kartini adalah Penyulut Api Nasionalisme". - Hadi Priyanto
Jepara
menjadi salah satu destinasi tujuan favorit saya. Entah kenapa kalau berkunjung
ke sini saya selalu merasa “pulang”. Keramahan kota, kebersihan kota, dan di
sini saya bisa belajar banyak tentang budaya. Tak terkecuali tentang R.A
Kartini.
Awal
bulan ini (4 September 2017) saya berkesempatan untuk kembali ke Jepara untuk
menghadiri Pesta Budaya “Perang Obor” di Desa Tegal Sambi, Kabupaten Jepara. Dalam
artikel ini saya tidak akan membahasnya karena saya akan tuliskan pada artikel
selanjutnya (semoga segera yaa hehe). Saya sedikit menyesal karena terburu-buru
pulang (ya gimana pekerjaan di Jakarta sudah menumpuk :D), karena di Jepara
kemarin tanggal 16 September 2017 memperingati Haul 113 tahun wafatnya R.A
Kartini.
Bertempat
di Kedai Kebun Kita, Desa Bondo, Kabupaten Jepara, acara ini diselenggarakan
oleh Yayasan Kartini Indonesia (YKI). Bapak Hadi Priyanto, Ketua Yayasan
Kartini Indonesia (YKI) merasa pemahaman masyarakat secara utuh terhadap
cita-cita, pemikiran, dan spirit
perjuangan R.A Kartini masih sangat kurang. Sehingga perlu diadakan
kegiatan-kegiatan semacam ini untuk menghidupkan kembali semangat R.A Kartini
yang inspiratif.
Acara
haul dikemas dalam balutan seni dan budaya. Ini yang saya suka. Pasti menarik
dan bikin merinding. Saya dikirimi kabar tentang susunan acaranya, daaann saya
menyesal melewatkannya :(
Penampilan Iskak Wijaya dan Dinda Kirana (dok. Pak Hadi Priyanto) |
Penampilan
dari Paguyuban Karawitan Mustika Laras Kancilan yang dirangkai dengan narasi
sejarah dan juga pembacaan surat-surat Kartini yang berisi gagasan dan
pemikirannya dibacakan oleh pelajar dan seniman. Kemudian penampilan budayawan
Iskak Wijaya dan Dinda Kirana yang membawakan musikalisasi drama Kartini, juga
Dina pelajar SMAN Bangsri yang menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini dengan
seriosa. Disamping itu tampilnya Ichone Sang Pujangga yang membawakan
kisah dan surat Kartini juga mampu
memukau pengunjung. Sebelumnya, tampil
Risa Mutafariha, salah seorang pegiat
literasi berbasis anak anak pedesaan juga menarik perhatian.
Adalah
Dwi Prihandini, aktivis perempuan pendiri dan sekaligus direktur Clerry -
Cleppy Institute Maluku dan Ainun Latif pembina Gardu Baca turut hadir pada
acara ini. Dwi Prihandini juga menyerahkan buku Autoimmune the True Story untuk
rumah baca Pohon Pintar desa Bondo dan Gardu Baca Banjaragung. Dwi Prihandini
merupakan salah satu kontributor buku yang diterbitkan oleh Mariza Cordoba
Foundation ini.
Dialog pada Haul 113 tahun wafatnya R.A Kartini (dok. Pak Hadi Priyanto) |
Selain
itu, dialog testimoni terhadap cita-cita dan pemikiran Kartini berlangsung hidup.
Ahh saya benar-benar ingin hadir saat itu. Bapak Hadi Priyanto menambahkan
cerita pada saya bahwa acara haul ini dimaksudkan untuk menyemai tumbuhnya
anak-anak ideologis Kartini yang benar-benar mengetahui dan memahami cita
cita, pemikiran serta semangat Kartini.
Harapannya anak bangsa ini bersedia
melanjutkannya.
Kartini
meninggal tanggal 17 September 1904.
Whatsapp Pak
Hadi pagi itu membuat saya terpana dan berkata, “Segera saya akan kembali
pulang ke Jepara.”
great
BalasHapuskabar daerah makasar
mantap gan
BalasHapuspromo alfamart jsm