Ibu dan Generasi Emas Indonesia
Hari Anak Nasional 2017 (dok. Kementerian Perlindungan Anak dan Perempuan RI) |
Peringatan
Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2017 ini mengambil tema “Perlindungan
Anak Dimulai dari Keluarga.” dengan harapan setiap keluarga di Indonesia
menjadi barisan terdepan dalam memberikan perlindungan kepada anak, baik dalam
hal pendidikan hingga memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsinya.
Penampilan Cugenang Gifted School Cianjur dalam acara Diskusi Publik Pemenuhan Hak Kesehatan Anak (dok. YAICI) |
Hal
ini seiring sejalan dengan adanya program pemerintah menuju Generasi Emas 2045
dimana diperlukan awareness dari
orang tua (terutama Ibu) terhadap putra-putrinya. Menurut dr. Eni Gustina, MPH, Direktur Kesehatan Keluarga Indonesia, Kementerian
Kesehatan RI pada acara Diskusi Publik
Dalam Rangka Memperingati Hari Anak Nasional "Pemenuhan Hak Kesehatan Anak untuk Mewujudkan Generasi Emas 2045." yang diselenggarakan oleh
Yayasan Adhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) beberapa waktu lalu bahwa anak
Indonesia memiliki permasalahan gizi yaitu gizi kurang, kurus, pendek,
obesitas. Untuk itu, Kementerian Kesehatan memiliki prioritas pembangunan kesehatan
yaitu pengurangan kekurangan gizi, menurunkan angka kematian bayi dan ibu,
mencegah penyakit menular, dan mencegah penyakit tidak menular sebagai upaya
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Sumber : dr. Eni Gustina, MPH |
Peran
Ibu sangat penting dalam upaya perlindungan kesehatan anak. Pola hidup sehat
dimulai sejak bayi yang harus diturunkan kebiasaannya dari orang tuanya. Selain
itu, pengetahuan Ibu tentang batasan-batasan gizi anak juga harus terus
ditingkatkan. Sebagai Ibu jangan malas untuk bertanya, konsultasi ke dokter,
mencari informasi yang tepat dan praktekkan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Para
orang tua juga harus biasakan baca label pada setiap pangan dalam kemasan,
membaca takaran saji dan sesuaikan dengan kebutuhan si anak. Kemudian bijaklah
terhadap iklan-iklan yang muncul di televisi setiap waktu. Sebelum membeli
produknya untuk dikonsumsi, sebaiknya pelajari dulu komposisinya. Kembali lagi
sesuaikan takarannya dengan kebutuhan tubuh.
Saya
sering menjumpai seseorang mengonsumsi Susu Kental Manis (SKM) sebagai minuman
susu. Bahkan tak jarang mereka juga memberikan itu kepada anak-anak. Berbagai alasan
diberikan seperti karena praktis, dan karena harganya terjangkau. Apabila dilihat
dari komposisinya, susu kental manis mengandung 50% gula, 7,5% protein, 8,5%
lemak dan 34% air. Setiap takaran saji 1 gelas = 150ml air dan 4 sendok makan
susu kental manis setara dengan 2 sendok makan gula. Jumlah tersebut terbilang
tinggi mengingat anjuran asupan gula harian tidak melebihi 25gr.
WHO
sangat menganjurkan asupan harian gula bebas untuk anak usia 1-3 tahun maksimal
28gr per hari atau setara dengan 3 sendok makan gula. Anak usia 4-6 tahun
maksimal 40gr per hari atau setara dengan 4 sendok makan gula. Jika susu kental
manis diberikan kepada anak maka anak sudah mendapatkan asupan gula sebanyak
40gr. Jumlah yang sangat tinggi bagi ukuran anak. Karena pasti anak akan
mengonsumsi makanan lainnya. Apabila hal ini diteruskan maka akan menimbulkan
berbagai penyakit di masa yang akan datang. Asupan gula yang tinggi sejak dini
beresiko obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan berpotensi menurunkan produktivitas.
Susu
kental manis pertama kali diproduksi di Amerika pada abad ke-18, dengan cara
menguapkan sebagian air dari susu segar (50%) kemudian ditambahkan gula
45%-50%. Karena sifatnya yang tahan lama, maka susu kental manis sering
dijadikan makanan bekal tentara Amerika yang sedang terlibat perang pada waktu
itu.
Nah,
kebayang kan apabila susu kental manis sering dikonsumsi anak-anak kita? Apa
yang akan terjadi 20 tahun kedepan? Susu kental manis tidak berbahaya jika
dikonsumsi secara tepat. Susu kental manis bisa dikonsumsi sebagai campuran
pangan seperti topping pada martabak,
puding, es campur, olesan roti dan pembuatan kue. Tapi ingat, imbangi dengan
asupan makanan lainnya serta aktivitas fisik yang rutin.
Sumber : gizi.depkes.go.id |
dr.
Eni mengajak seluruh masyarakat untuk bersama membangun gizi baik pada
anak-anak. Cermat dalam memilih produk pangannya, baca label pangan sebelum
membeli, dan bijak terhadap iklan-iklan yang dirasa kurang sesuai. Tentunya ini
menjadi PR kita bersama terutama KPI agar lebih tegas mengawasi adanya
iklan-iklan yang kurang sesuai penyampaian kebenarannya.
dr. Eni Gustina, MPH (dok. YAICI) |
Memberikan
makanan yang tepat pada buah hati merupakan kewajiban orang tua terhadap
anak-anaknya. Karena perlindungan kesehatan anak adalah pemenuhan hak anak atas
kesehatan yang dilindungi undang-undang.
---
Sumber :
Materi Presentasi dr. Eni Gustina, MPH
gizi.depkes.go.id
Aku kadang suka memberikan SKM untuk makan memakai roti tawar, kalo kandungan gulanya sangat tinggi dan berbahaya untuk anak harus distip nih..
BalasHapusDikontrol konsumsinya dan lebih baik tidak diberikan pada balita dan anak :)
HapusNah ...ini menjadi ilmu baru, dulu jg sy pernah memberikan ini ke anak sy, untung nya dpt info ini, jd bs sy tularkan info ini ketemuan, tetangga dan juga saudara
BalasHapusFeel free Mak. semoga dapat mencerahkan kita semua yaa tentang informasi ini :)
HapusOh SKM bukan susu toh aku malah baru tahu Mbak. Makasih infonya Mbak
BalasHapusIya bukan susu Mak. jangan dijadikan minuman susu yaa. hehe..
HapusHarus lebih banyak disosialisasikan kemasyarakat awam kalau SKM bukanlah susu dan tidak boleh diberikan untuk bayi dan balita. Masih banyak orang tua yg kurang paham tentang hal ini.
BalasHapusIyaa, harus disebarkan dengan seksama hehe.. SKM itu untuk topping makanan lebih tepatnya.. :) ayo Mak kita sosialisasikan :)
HapusSKM hanya gula dan air yaa ternyata 😌
BalasHapusIya. Lebih baik tetap konsumsi susu bubuk. :)
Hapusbagus tulisannya, sanggat bermanfaat.
BalasHapuskucing suka menjilati bulu