Hadir, Sedia, dan Bekerja Bersama Komnas Perempuan Untuk Korban
Pohon Harapan dan Boneka 98 untuk 18 Tahun Komnas Perempuan (dok. Andini Harsono) |
Permasalahan
perempuan seakan tiada henti terjadi di dunia ini, terutama di negeri tercinta
ini. Setiap 24 jam terjadi 35 kasus kekerasan pada perempuan. Apa yang salah? Siapa
yang salah? Ketika perempuan menggunakan rok mini kemudian mengundang hasrat si
pelaku pemerkosa, yang disalahkan ya perempuan itu, kenapa harus menggunakan
rok mini? Sadarkah, menggunakan busana adalah hak setiap orang. Saya jadi ingat
perkataan Kang Maman bahwa persoalan pemerkosaan bukan soal rok mini tapi
otaknya yang mini. Lebih menyedihkan lagi kalau mendengar, membaca, atau
mengetahui siswi hamil adalah korban perkosaan, kemudian pemaksaan aborsi, dan
kekerasan yang terjadi ketika pacaran baik pada lingkungan sekolah maupun yang
sudah dewasa.
Bukan
saja kekerasan yang menjadi persoalan perempuan. Keterbatasan berpendapat,
sempitnya ruang gerak perempuan di beberapa daerah, dan masih banyak lagi. Betul
memang perempuan tidak bisa melawan kodratnya sebagai perempuan, tapi perempuan
adalah manusia yang memiliki hak sama seperti laki-laki. Begitu sulitkah kita
untuk bisa saling menghargai antara perempuan dan laki-laki? Bahkan untuk
mendapatkan perlindungan saja perempuan harus berjuang sekuat tenaga hingga
sampai terbentuknya Komnas Perempuan.
Dok. Andini Harsono |
Dok. Andini Harsono |
Dok. Andini Harsono |
Komnas
Perempuan lahir dari kesakitan peristiwa Mei 1998, 18 tahun yang lalu tepatnya
tanggal 15 Mei 1998. Berdasarkan data TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta)
terdapat 85 korban kekerasan seksual pada peristiwa 1998. Terbentuknya Komnas
Perempuan berdasarkan Keputusan Presiden no. 181 tahun 1998 ditandatangani oleh
B.J. Habibie yang kala itu menjabat sebagai Presiden. Kemudian diterbitkan
Peraturan Presiden no. 65 tahun 2005 untuk menyesuaikan dengan perkembangan
organisasi.
Mural di dinding belakang gedung Komnas Perempuan (dok. Andini Harsono) |
“Hadir,
Sedia dan Bekerja untuk Korban.” adalah tema yang diusung dalam memperingati
HUT ke-18 Komnas Perempuan. Pendampingan korban agar dapat hidup normal kembali
bukan hal yang mudah. Sangat sulit. Menghilangkan trauma dan menumbuhkan
kembali rasa percaya diri adalah pekerjaan sulit. Tapi itu terus diupayakan sebagai
dasar mereka kembali ke tengah masyarakat. Berbagai cara dilakukan sebagai
upaya pemulihan psikologis korban. Dengan cara membuat selendang motif
kebhinekaan dan diharapkan semua perempuan memakainya. Kemudian berkumpul dan
menyanyikan lagu-lagu lama serta banyak lagi. Monumen Jarum Mei yang dibangun
di Pondok Rangon berbentuk tangan menjahit luka sebagai simbol pemulihan
psikologis korban. Komnas Perempuan sampai saat ini terus melakukan
pendampingan terhadap korban dan tidak akan meninggalkan sampai proses
peradilan selesai.
Pada
dinding-dinding kantor Komnas Perempuan di Jalan Latuharhari, Jakarta juga
terdapat beberapa mural menceritakan tentang kepedihan perempuan yaitu mural
berjudul Defender berada di bagian depan gedung yang berarti perempuan pembela
HAM karya Lala Bohang. Lalu mural berjudul Survivor yang berarti penyintas
seperti amuba mampu bertahan di segala kondisi dan tekanan. Dan mural yang
terletak di belakang gedung adalah Sengkarut Persoalan, mural karya Mariska
Sukarna ini memiliki arti perempuan selama ini terbelit dengan berbagai stigma.
Mural-mural tersebut menggambarkan korban pada masa lalu.
Untuk
mendukung kerja pada Komnas Perempuan, prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
Kesetaraan,
semua manusia mempunyai hak diperlakukan sama di hadapan hukum;
Nondiskriminasi,
tidak membedakan manusia dalam berbagai basis;
Kewajiban
Negara, perlindungan hak asasi perempuan adalah kewajiban negara;
Hak-hak
Korban, keadilan, kebenaran, pemulihan.
Oleh
karena Komnas Perempuan bukan lembaga pelayanan penanganan korban, maka dalam
menanggapi atau menerima, baik perempuan korban kekerasan maupun pendampingnya
yang datang langsung atau menghubungi melalui telepon, dibentuklah unit pengaduan
untuk rujukan. Unit pengaduan untuk rujukan ini dilayani oleh komunitas relawan
dan dikoordinir oleh seorang koordinator.
Komnas
Perempuan mulai merangkul blogger dan penggiat sosial media untuk berbagai
informasi, mengedukasi, dan menyuarakan kebenaran tentang perempuan. Harapannya
tidak ada lagi perempuan yang menjadi korban-korban selanjutnya. Mari kita
aminkan.
Mantap ni :D
BalasHapustas cath Kidston anak lucu