Aisyah, Film Yang Lahir Dari Sebuah Perbedaan
Aisyah dan murid-muridnya dalam Film Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara (dok. www.dafunda.com) |
Sebagai seorang yang terlahir di
keluarga pendidik, saya mempunyai perhatian khusus terhadap pendidikan. Belum meratanya
pendidikan di Indonesia tetap sebuah pekerjaan rumah yang belum terselesaikan
juga. Film Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara menjadi salah satu gambar hidup yang
menceritakan bagaimana kondisi pendidikan di Atambua, Nusa Tenggara Timur serta
kehidupan masyarakatnya. Dalam film ini diceritakan seorang gadis baru lulus
sekolah pendidikan guru yang ingin sekali mengabdikan hidupnya untuk
memperbaiki kualitas pendidikan anak-anak di pelosok daerah dimana masih minim
sarana dan prasarana pendidikan.
Aisyah muslimah taat menjalankan
ibadah, lahir sebagai keturunan Sunda dengan ajaran agama kental harus tinggal
menetap beberapa waktu di lingkungan penuh perbedaan pelosok negeri dengan
segala keterbatasannya. Meskipun mendapatkan tentangan dari Ibunya, Aisyah
tetap berangkat mengajar di Atambua. Hari-hari pertama dia menginjakkan kaki
sebagai seorang guru di Atambua dirasakan begitu berat dengan adanya penolakan
dari salah satu murid akibat terpengaruh negatif dari pamannya menjadi
tantangan berharga bagi Aisyah. Mayoritas penduduk beragama Katolik dengan adat
kuat tidak mempengaruhi semangat Aisyah mengajar. Justru Aisyah membuktikan
bahwa perbedaan itu ada tidak lantas memecah belah persaudaraan.
Diceritakan pula betapa tulus kebaikan
Aisyah yang terus memotivasi anak-anak untuk semangat belajar di sekolah serta
mengajarkan tentang kepribadian dan rasa sayang saling memiliki meskipun
berbeda. Film yang mengambil latar keadaan sebenarnya di Atambua, membuat mata
saya enggan berkedip. Dalam layar bioskop besar, seakan saya berada
ditengah-tengah Atambua dan turut merasakan apapun yang terjadi disana.
Kehadiran tokoh-tokoh pendukung seperti Kepala Dusun, Pak Pedro, dan masyarakat
asli Atambua memperkaya cerita film ini. Akting natural dari Laudya Cynthia
Bella sebagai Aisyah mengimbangi akting natural dari anak-anak Atambua sebagai
murid-murid Aisyah. Film ini mampu menyentuh perasaan dengan adegan-adegan yang
menunjukkan kasih sayang antara Aisyah, murid-murid dan masyarakat Atambua. Gotong
royong, saling membantu, dan menghormati tergambar jelas disini.
Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara telah
meramaikan bioskop tanah air beberapa waktu yang lalu, namun saya berkesempatan
menyaksikan film ini bersama para pelajar dan Kementerian Pendidikan RI dengan
suasana yang berbeda. Bukan sekedar menonton saja tapi nonton bareng ini sebagai
wujud dukungan meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan di Indonesia. Selain
musik, film seperti ini dapat menjadi alat pemersatu bangsa. Meskipun berbeda
warna kulit, berbeda jenis rambut, berbeda keyakinan tapi kita tetap satu,
Indonesia.
Komentar
Posting Komentar