Cetak Sejarah Baru Dengan Menyaksikan Gerhana Matahari Total
Manusia dan alam diciptakan untuk saling melengkapi, menjaga, dan
mengingatkan satu sama lain. Bahwa ada Tuhan disetiap kejadian dalam hidup.
Berbagai macam fenomena alam terjadi karena memang sudah tertulis di suratan
takdir dan juga terjadi sebagai pengingat kita sebagai manusia untuk terus
mengingat kekuasaan-Nya dan menjaga seluruh ciptaan-Nya. Diantara manusia
dengan alam juga tercipta berbagai mitos dan kepercayaan. Hal ini dibuktikan
dengan adanya beberapa kepercayaan pada masyarakat tertentu di Indonesia. Mengingat
Indonesia kaya akan suku yang melahirkan tradisi/budaya, bahasa, dan kepercayaan
yang tidak jarang menciptakan sebuah mitos yang mau tidak mau harus ditaati
oleh masyarakat adatnya. Termasuk ketika gerhana matahari dan bulan terjadi.
Beragam acara adat digelar sesuai dengan wilayah adatnya. Karena masyarakat
meyakini bahwa gerhana matahari ataupun gerhana bulan merupakan fenomena alam
yang selalu mengandung sejuta misteri.
Di Jawa terkenal dengan mitos Batara Kala yaitu sesosok raksasa yang
ingin hidup kekal dengan meminum tirta amerta (air keabadian) dari tempat
tinggal para dewa. Pada saat air tersebut sampai di kerongkongan, Batara Guru
mencegahnya dengan melemparkan cakra yang berhasil memenggal leher Batara Kala
sehingga tubuh dan kepalanya terpisah. Tubuhnya jatuh ke bumi dan berubah
menjadi lesung (alat penumbuk padi) sedang kepalanya menelan matahari dengan
tujuan manusia akan mengalami kegelapan ketika hidup di bumi. Cerita ini
membawa masyarakat Jawa untuk memukul-mukul lesung ketika gerhana matahari
terjadi dengan tujuan Batara Kala memuntahkan mataharinya. Dan ketika saya
tinggal di Jogjakarta, saya pernah melihat beberapa orang membunyikan alat
penumbuk padinya tersebut.
![]() |
Batara Kala dan Batara Guru Sumber : www.inddit.com |
Sejak kecil saya ingin sekali menyaksikan fenomena gerhana matahari
dan bulan meskipun beredar kabar bahwa kejadian pada saat gerhana itu
menyeramkan. Hal yang paling menyeramkan terdengar pada waktu itu adalah ketika
gerhana matahari terjadi. Masih lekat dalam ingatan saya apabila terjadi
gerhana matahari maka semua orang terutama anak-anak dilarang keluar rumah
karena dapat mengakibatkan kebutaan atau merusak retina mata, terbakar kulit
dan beredar mitos bahwa saat gerhana matahari terjadi ada jin dan raksasa
berkeliaran untuk memangsa anak-anak. Hidup di lingkungan Jawa kental yang
memiliki bermacam adat dan aturan yang harus diikuti serta mitos-mitos yang
masih dipercaya, menjadikan saya semakin penasaran untuk membuktikan mitos
tersebut.
Indonesia
termasuk negara yang dianugerahi berjuta keindahan alam lengkap dengan segala
fenomena dan cerita mitosnya, termasuk gerhana matahari. Indonesia telah
menjadi host gerhana matahari sejak
1896. Guru Besar bidang astronomi dari
Institut Teknologi Bandung, Bambang Hidayat menjelaskan pada
tahun 1906 para ilmuwan barat mengunjungi Bengkulu untuk menyaksikan Gerhana
Matahari. Namun, peristiwa langka itu hanya diketahui oleh residen Bengkulu dan
pemerintah pusat di Batavia, sedangkan masyarakat sekitar tidak mengetahui
adanya gerhana matahari tersebut. Pada abad ke-21, gerhana matahari menjadi
sumber devisa. “Kita harus bisa menarik turis atau wisatawan lokal untuk
menikmati gerhana matahari. Bukan saja untuk gerhana matahari, namun mereka
bisa menikmati wilayah budayanya.” Ujar Bambang saat seminar bertajuk Kado
Semesta untuk Indonesia yang berkaitan dengan
Gerhana Matahari Total 2016. Seminar itu diselenggarakan oleh FPMIPA,
Universitas Pendidikan Indonesia pada 31 Januari 2016.
Tahun 2016 khususnya bulan Maret menjadi bulan yang
bersejarah bagi bangsa Indonesia karena akan dilewati Gerhana Matahari Total
(GMT) yang akan melintasi wilayah Lubuk Linggau, Palembang, Toboali, Koba,
Manggar, Tanjung Pandan, Palangkaraya, Balikpapan, Sampit, Palu, Poso, Ternate,
Tidore, Sofifi, Jailolo, Kao dan Maba. Momen ini akan sangat spesial karena
Gerhana Matahari Total (GMT) terakhir kali melintasi Indonesia pada tanggal 24
Oktober 1995. Maka saya yakin semua orang berlomba-lomba untuk berburu fenomena
alam yang langka ini.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Beragam lomba
diadakan untuk memeriahkan peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) ini. Dengan
hadiah ratusan juta rupiah dan paket perjalanan, diharapkan seluruh masyarakat
ikut berpartisipasi pada lomba ini dan semakin mencintai keindahan alam
Indonesia dengan turut mempromosikan potensi-potensi wisata yang ada di seluruh
penjuru negeri ini. Bukan hanya Kementerian Pariwisata saja yang mengadakan
beragam lomba dan kegiatan dalam menyambut Gerhana Matahari Total (GMT),
Pemerintah Daerah khususnya yang wilayahnya dilewati GMT ini menggelar bermacam
perhelatan akbar. Mulai dari festival seni dan budaya hingga memberikan
penawaran khusus untuk beberapa program destinasi wisatanya. Hal ini didukung
juga oleh hotel dan travel yang berkompetisi memberikan paket hemat wisata bagi
para pelanggannya. Terbukti hampir seluruh hotel di Bangka-Belitung sudah fullbooked demikian juga di Palangkaraya dan dibebarapa wilayah yang dilewati GMT lainnya.
Seperti yang sudah dikatakan oleh Bambang Hidayat
diatas, bahwa Indonesia memiliki potensi mengundang wisatawan lokal maupun
asing untuk menikmati Gerhana Matahari Total (GMT) pada tahun 2016 ini. Inilah
saatnya Indonesia mempromosikan daerah-daerah yang mengimpan keindahan alam,
keindahan budaya, keindahan masyarakat, dan juga kenikmatan makanan khas daerah
tersebut kepada seluruh manusia di bumi ini. Saya sepakat dengan beberapa orang
yang berpendapat, kita dapat melihat belahan dunia manapun dengan berwisata
keliling Indonesia. Karena di Indonesia sudah lengkap baik wisata bawah
lautnya, wisata gunungnya, wisata budaya dan seninya, bahkan wisata kulinernya
yang sayang untuk dilewatkan. Namun, banyak juga tempat-tempat di pelosok
Indonesia yang indah tapi kurang terjamah. Kurangnya informasi mengenai tempat
tersebut serta peran serta masyarakat untuk mendukung penyebaran informasi
tersebut masih tergolong rendah. Belum lama ini saya mengunjungi Pantai Alam
Indah di Tegal, Jawa Tengah yang benar-benar indah. Bibir pantai dengan
warung-warung milik penduduk hanya berjarak sekitar 100 – 200 meter saja. Sehingga
kita bisa menikmati pantai sambil bermain ayunan, atau sekedar duduk-duduk di
bale yang dibangun warga sebagai sumber penghasilan mereka. Di pantai ini juga
tidak dipungut biaya masuk dan tidak terlihat penjaga pantai hanya ada
papan-papan bertuliskan “Dilarang berenang.” Atau “Daerah berbahaya.”. Sayangnya
kota Tegal, Jawa Tengah tidak dilewati oleh Gerhana Matahari Total (GMT).
Apabila dilewati, mungkin saja wisatawan dapat juga menikmati keindahan Pantai
Alam Indah seperti saya.
Sebagai orang yang mencintai perjalanan, saya pun
berdoa agar saya bisa menjadi salah satu orang yang dapat menikmati keindahan
alam yang menyimpan sejuta misteri ini. Gerhana Matahari Total (GMT) akan
menjadi primadona pada tanggal 9 Maret 2016 di Indonesia dimana seluruh wilayah
yang dilewati GMT ini akan dipenuhi oleh para wisatawan yang berebut ingin mengabadikan
momen ini. Tentunya kita berharap agar peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT)
ini menjadi salah satu peristiwa sejarah, peristiwa wisata langka, peristiwa
unik yang akan dialami semua orang yang mengunjunginya, dapat menggiatkan promosi wisata sehingga mampu mengajak seluruh wisatawan untuk berkunjung ke
Indonesia dan bukan hanya merupakan sekedar euforia semata.
Sumber referensi :
-http://travel.detik.com/read/2016/02/16/131729/3143242/1382/sambut-gerhana-kemenpar-gelar-aneka-kompetisi-berhadiah-jutaan-rupiah
-http://news.detik.com/berita/3138554/turis-gerhana-membeludak-hotel-di-bangka-belitung-penuh
-http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/02/gerhana-matahari-dari-gegar-budaya-sampai-festival-budaya
-http://www.inddit.com/f-6ppj76/mitos-seputar-gerhana-matahari-di-indonesia
![]() |
Laskar Gerhana detik.com |
mantap mba..
BalasHapussusu kental manis tidak berbahaya