Aku Sarjana (I)
Lama sudah tak meng-update blogku ada rasa rindu mendera. Tapi
ketika membuka laman penulisan, aku bingung mau nulis apa. Hmmm akhirnya aku
putuskan ingin bercerita sedikit tentang kisah perjalananku dalam menempuh
pendidikan. Ya sekali-kali curhat di blog gak apa-apa kan yaaa :D
Secara normal pendidikan diraih dengan
berurutan. Maksudku dari TK, SD, SMP, SMA lalu lanjut ke Perguruan Tinggi. Bagi
sebagian anak-anak yang beruntung akan mengalami itu. Tapi bagi sebagian yang
sangat beruntung akan mengalami proses panjang dan perjuangan untuk mendapatkan
gelar Sarjana.
Semakin tinggi pendidikan yang kita raih,
semakin tinggi juga pelajaran dan pengalaman hidup yang kita dapatkan. Selain
itu kita juga bisa menaikkan kualitas pribadi kita untuk hidup bermasyarakat.
Kemudian bisa juga menerapkan ilmu yang kita dapatkan untuk kemajuan generasi
muda penerus.
Menjadi sarjana bagiku waktu itu hanya
mimpi. Mimpi yang harus diraih dengan sungguh-sungguh. Almarhum Kakek Nenek
dari Nenek Moyang semua berbasis pendidik, ya guru ya dosen ya staf TU di
sekolah-sekolah jadi ya pasti pertanyaannya “Kapan kamu sarjana?”
Lulus SMP aku memilih melanjutkan ke SMK
tujuannya agar dapat dengan mudah mencari pekerjaan. Lulus SMK aku langsung
kerja dan setengah tahun bekerja aku mulai mencari perguruan tinggi di Jakarta.
Karena aku sudah bekerja, maka aku mencari kampus untuk kelas karyawan.
Akhirnya aku paksakan saja dengan Bismillah aku kuliah sambil bekerja.
Perjuangannya bukan saja membagi waktu antara kerja dan belajar. Membagi otakku
untuk berfikir tentang pelajaran dan juga pekerjaan. Belum lagi biaya kuliah
yang harus aku kumpulkan tiap bulan.
Teman-teman yang mengalami hal sama
denganku pasti merasakan bagaimana sulitnya membagi waktu, tenaga, pikiran dan
biaya untuk urusan pekerjaan, pendidikan, keluarga dan sosialisasi
bermasyarakat. Tapi sekali lagi, dengan niat dan tekad yang kuat, sesulit
apapun itu, pasti bisa terwujud.
Akhirnya aku selesai materi tepat waktu,
namun tidak dengan skripsi. Aku harus memperjuangkan sampai jadi sarjana yang
sudah tertunda 2 tahun lamanya. Terpotong cuti karena alasan yang sebenarnya
tidak terlalu penting. Tapi ya sudahlah. Kejadian demi kejadian aku anggap itu
sebuah pengalaman dan pelajaran yang tidak didapat dari sekolah manapun.
Almarhumah Mama sampai beliau menutup
mata, mendoakan dan berharap anak satu-satunya ini bisa menjadi sarjana. Dan,
segala doa dan pengharapannya terjawab bulan ini. Ya, aku telah selesai
menempuh pendidikan, sekarang tinggal tunggu wisuda.
Ini kado untuk Mama dan Kakek Nenek yang
semua sudah tenang di alam sana. Semoga hal ini dapat semakin menenangkan dan
membahagiakan kalian disana yaa..
Aku sarjana, Mah..
bagus ceritanya mba..
BalasHapusManfaat susu kental manis